Menengadah Rupiah di Hari Imlek

By hasim.id - 01.59



Matahari belum memperlihatkan wujudnya, Dg Ke’nang (50) sudah bersimpuh di depan Klenteng Kwang Kong, Jl Sulawesi, Jumat (31/1). Ia sudah menembus kiloan meter dari rumahnya di Jl Dangko, Makassar.

Beberapa saat kemudian, satu persatu rekan senasibnya datang entah dari mana. Mereka hanya menyapa Dg Ke’nang. “Sallomaki (sudah lama),” sapa perempuan berbaju lusuh itu.

Dg Ke’nang hanya tersenyum dan menggeleng. Sejak itu mulai banyak orang memenuhi tempat peribadatan masyarakat Tionghoa di Jl Sulawesi.

Mereka memakai busana ala pengemis. Baju lusuh, compang-camping, dan berlumpur. Selain itu, badan mereka penuh luka dan beberapa terkena penyakit kusta.

Tak sampai hari meninggi, beberapa keluarga Tionghoa berdatangan. Suara sempritan menjadi penanda. Mereka memakai mobil. Tak basa-basi langsung menuju khio (guci tempat tempat pembakaran kertas-kertas doa). Dg Ke’nang hanya melihat keluarga itu berlalu.  Begitu pun teman-temannya.

Namun suasana mulai riuh ketika jamaah Klenteng mulai keluar. Tangan Dg Ke’nang mulai menengadah. Meminta rupiah atau lazim dikenal Ang Pao. Beberapa jamaah memberi namun tak sedikit pula berlalu tanpa memberikan apapun. Kelakuan Dg Ke’nang dan rekannya terus berulang.

Ia hanya menjawab. “Tena tau antarimaki nak punna kammaki anne (Tak ada kerjaan yang bisa terima saya nak jika tubuhku begini),” sambil memperlihatkan tangannya yang membusuk karena kusta.

Ia mengemis karena terpaksa. Apalagi anaknya butuh makan. Suaminya seorang penarik bejak. Ia mengemis namun tak mau anaknya seperti dia. Anak laki-lakinya baru mencari kerja. Sedangkan anak gadisnya masih di sekolah menengah. “Punna niami jamanna anakku, ammarima appakamma anne (Jika anakku sudah punya kerjaan, saya akan berhenti mengemis),” katanya diikuti air menetes dari matanya.

Dg Ke’nang tak sendiri, rekan-rekannya yang lain juga senasib dengannya. Bahkan banyak di antara mereka sudah tak punya bagian tubuh.

Setiap tahun mereka datang. Berharap rezeki dari rupiah jamaah Klenteng. Berharap tuah Hari Raya Imlek 2565. (*)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar