HUT Sulsel ke-350, Pertempuran Dahsyat Elite Politik Kerajaan Gowa-Bone

By hasim.id - 23.05

HARI ini, Sabtu (19/10/2019), Sulawesi selatan merayakan hari ulang tahun ke-350 tahun. Usia yang sangat tua untuk umur sebuah bangsa awal di Pulau Sulawesi. 

Pemerintah Sulawesi Selatan merayakan hari ulang tahun provinsi tempat suku Makassar, Bugis, Mandar dan Toraja tinggal di Sekretariat DPRD Sulsel, Jl Urip Sumoharjo, Makassar. 

 
Arung Palakka (pojok kanan atas) membantu Cornelis Janzoon Speelman (pojok kiri atas) melawan Kerajaan Gowa dalam Perang Makassar. Perang ini diakhiri dengan Perjanjian Bungaya. Foto: Atlas of Mutual Heritage dan Koninklijke Bibliotheek Dutch National Library/wikimedia.org.


Hal berbeda untuk masyarakat Sulsel. Tak ada aktivitas mereka untuk memperingati hari berdirinya Sulawesi Selatan. Bahkan, tak ada aktivitas warga menunjukkan kebangaan untuk hari berdirinya Sulsel.

Seharusnya ada kebersamaan untuk menyambut hari bersejarah dan masih lestarinya peradaban Sulawesi Selatan. Syukur kepada Tuhan karena Sulsel masih berumur hingga 3,5 abad.

Terlebih kepadaku, aku baru tahu kalau Sulsel ulang tahun ketika melihat ucapan selamat dari berbagai instansi di koran-koran. Mungkin, hanya mereka yang menikmati hari kelahiran Sulsel.

Dari segi sejarah pun, Sulsel lahir atas pertempuran para elite politik waktu itu.

Menurut Sejarawan Universitas Hasanuddin Makassar, Dr Suriadi Mappangara pernah mengulas pada tahun 1669, 350 tahun lalu, adalah hari kehancuran Benteng Somba Opu.

Pasukan Belanda berkongsi dengan Raja Bone, La Tenri Tatta Arung Palakka menghancurkan

Benteng kebanggaan Kerajaan Gowa, Benteng Somba Opu.

Kala itu, lanjut Suriadi, terjadi pada tahun 1669. Kejadian ini menandakan pertempuran dua kerajaan yakni Gowa dan Bone.

"Tak ada kejadian besar kala itu selain kehancuran Benteng Somba Opu melalui perang," katanya dalam sebuah sesi wawancara, Jumat (19/10/2018).

Namun, dia mengemukakan pendapat lain bahwa para ahli dan panitia penentuan ulang tahun Sulawesi Selatan untuk mengambil semangat dan pesan dari kejadian itu.

"Kala penentuan Ulang Tahun Sulsel, ada juga pendapat supaya kejadian itu tak terulang lagi, cukuplah kejadian itu menjadi kenangan, perang terakhir antara Kerajaan Bone dan Gowa, jangan terulang lagi," katanya.

Namun, dia mengungkapkan seharusnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mencari kejadian besar lain kala Kerajaan Bone dan Gowa bersatu.
"Misalnya 1950-an kala dua benda pusaka Bone dan Gowa bersanding, dan banyak lainnya hari-hari persatuan," katanya.

Ia pun mencontohkan, ulang tahun Makassar berubah dari awal pendudukan Belanda di Makassar menjadi masuknya Islam di daratan Makassar.

Tapi, hal berbeda dari data Dosen Sejarah Jurusan Sejarah Universitas Negeri Makassar, Dr Jumadi MSi mengungkapkan, 19 Oktober 1669 memiliki momentum penting bagi Sulawesi Selatan.

Tanggal 19 berasal dari tanggal 19 Agustus 1945, dimana pada saat itu, momentunya adalah Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Sidang tersebut memutuskan membentuk 8 Provinsi di Indonesia, salah satunya adalah Sulawesi.

Bulan Oktober dari momentum tanggal 15 Oktober 1945 dan 11 Oktober 1674, Raja-Raja di Sulawesi Selatan mengakui Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945) dan momemtum Raja-Raja di Sulawesi Selatan menyatakan sedarah dan sekuturunan.

Momentum tahun 1669 adalah tahun berakhirnya Perang Makassar.

15 Agustus 1995, terbit Peraturan Daerah Provinsi Tingkat I Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 1995 tentang Penetapan Hari Jadi Sulawesi Selatan.

Melalui Perda, Pada Pasal 2 Berbunyi “Hari Jadi Sulawesi Selatan ditetapkan pada tanggal Sembilan Belas Bulan Oktober Tahun Seribu Enam Ratus Enam Puluh Sembilan.

Pasal 3 berbunyi “Pada tanggal Sembilan Belas Bulan Oktober setiap Tahun diadakan peringatan dan perayaan Hari Jadi Sulawesi Selatan oleh Masyarakatdan Pemerintah Provinsi daerah Tingkat I Sulawesi Selatan. 

Perda tersebut menjadi acuan Hari jadi Sulawesi Selatan yang digunakan sampai saat ini. (*)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

Mari berkomentar dengan santun dan bertanggung jawab!