Muhammad Hatta dan Sutan Sjahrir Lahir dari Pers Mahasiswa

By hasim.id - 19.45



Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM) resmi menggelar kegiatan Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD) secara dalam jaringan (daring), Jumat (11/9/2020). 

Kegiatan yang mengusung tema ‘Journ(Art)Lisem’ ini menghadirkan berbagai macam pemateri dari media top level nasional dan Kota Makassar. 

Sebelum materi DJMTD, LPM Profesi menggelar Talkshow dengan menghadirkan jurnalis senior Budi Setyarso dan Sekretaris Jenderal AJI Revolusi Riza Zulverdi. 

Kedua jurnalis senior ini membahas “Covid-19, Media dan Wajah Indonesia”

Kegiatan ini diikuti tak kurang dari 86 orang. 

Pesertanya berasal dari semua mahasiswa yang bernaung di sembilan fakultas yakni Fakultas Bahasa dan Sastra, Fakultas Senin dan Desai , Fakultas Teknik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakultas Ilmu Keolahragaan.

Tak hanya dari internal kampus, peserta yang ikut juga ada dari kampus lain. 

Selepas Talk Show yang menghabiskan waktu 1 jam 31 menit ini, Profesi melanjutkan dengan agenda utama yakni DJMTD 2020. 

DJMTD dilangsungkan secara daring untuk menjalankan protokol kesehatan Corona Virus Disease (Covid-19).  

Jurnalis Tribun Timur, Hasim Arfah menjadi pemateri pembuka dengan materi Mengenal Pers Mahasiswa (Persma) 

Materi ini mengupas tuntas tentang periode kehadiran Pers Mahasiswa dari zaman Pra Kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi. 

Menurutnya, Pers Mahasiswa lahir dari para pejuang kemerdekaan seperti Mohammad Hatta (Wapres RI Pertama), Sutan Sjahrir (Perdana Menteri RIS Pertama), Nazir Datoek Pamuntjak (Diplomat), Ali Sastroamidjo (Perdana Menteri RIS kedua). 

"Mereka tergabung dan Perhimpoenan Indonesia tahun 1924) yang kemudian menerbitkan sebuah tulisan-tulisan dalam terbitan Indonesia Merdeka. Mereka menyebarkan tulisan-tulisan ini ke masyarakat dengan cara diselundupkan karena waktu itu kan Belanda yang memerintah bumi Nusantara," katanya. 

Saat itu, Hatta dan kawan-kawan masih berstatus mahasiswa di Belanda. 

Akibat tulisan-tulisan itu, Hatta pun ditangkap pasukan Belanda kemudian dipenjarakan dengan dugaan melakukan upaya pembangkangan kepada pemerintah Belanda. 

"Hatta juga dianggap melarikan diri ke luar negeri dan keluarkan daftar DPO di Belanda karena kan Hatta dan kawan-kawan kuliah di Belanda. Dan akhirnya, Hatta pun dipenjarakan sehingga mereka disidang di pengadilan Belanda," katanya. 

Setelah masuk ke zaman orde lama, Pers Mahasiswa berkembang menjadi sebuah komunitas baru di kalangan pemuda. 

Lembaga Pers Mahasiswa tingkat kampus sudah bermunculan di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Makassar dan Medan. 

Tak hanya itu, Pers Mahasiswa mendapatkan porsi yang luar biasa dari negara setelah adanya induk organisasi yakni Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI). 

IPMI bahkan sudah menjalin kerjasama dengan Persma Jepang dan Filipina. 

Selanjutnya, zaman Orde Baru, Persma mendapatkan tantangan dan tekanan dari pemerintah dengan program pemerintah kala itu Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan Kampus (NKK/BKK). 

"Ada banyak LPM yang diberangus karena dianggap mengkritik pemerintahan, jadi hal memiriskan adalah ketika zaman pra kemerdekaan Persma dianggap pahlawan dan saat orde baru, Persma dianggap lawan," kata Hasim Arfah. 

Beberapa LPM yang dibredel yakni Salemba (UI), Gelora Mahasiswa (UGM), Derap Mahasiswa (IKIP Yogyakarta), Arena (IAIN Yogyakarta), dan Airlangga (Unair). 

Pendiri LPM Profesi UNM, Prof Dr Abdullah Dola juga sangat berjasa untuk mendidik mahasiswa IKIP, saat ini UNM, untuk mempunyai jiwa idealisme, militansi dan profesional menjalankan kerja-kerja Persma.  

Setelah zaman Abdullah Dola di orde baru, maka lahirlah zaman Reformasi yang sekarang semua kader Persma di zaman orde baru menjadi pemimpin media seperti Pemimpin Redaksi Tribunnews.com Dahlan Dahi, Manajer Produksi Tribun Timur AS Kambie, dan Dewan Pembina LPM Profesi UNM Fachruddin Palapa. 

Zaman reformasi ini membuat keberadaan Persma sangat dinamis dan selalu mengikuti perkembangan zaman instrumen media yang ada. 

Hasim Arfah juga menuturkan, tujuan pengenalan Persma untuk membuat peserta memiliki jiwa ideal dan militan dalam menjalankan jurnalisme di kampus. 

“Hal yang paling membanggakan sebagai Persma adalah pengelola bisa memegang teguh independensi,” katanya.

Hasim Arfah yang pernah menjabat Pemimpin Redaksi LPM Profesi UNM berharap Persma memegang teguh prinsip independen. 

“Terus mengembangkan diri dan tetap independen,” jelasnya.  (*)




  • Share:

You Might Also Like

0 komentar

Mari berkomentar dengan santun dan bertanggung jawab!