93 Tahun Gerakan Sarung Nahdlatul Ulama

By hasim.id - 18.56




31 Januari 2019, Organisasi Keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) mencapai umur 93 tahun.

Aku mengenal organisasi ini kala kecil saat seorang guru membacakan Barzanji.

Barzanji adalah cerita kehidupan Nabi Muhammad SAW.

Kakek dan nenekku banyak memangil tuan guru untuk membaca Barzanji kala perhelatan akbar di dalam keluarga.

Pernah Aku bertanya, apa yang mereka bacakan?

Mereka menjawab singkat, itu cerita tentang Nabi Muhammad.

Mungkin karena sering membaca Barzanji maka dibubuhi lah nama depanku Muhammad.
Dua adik lelakiku tak ada nama depan Muhammad.

Tapi, cukup berat membawa beban nama Muhammad ini.

Suasana Barzanji sangat kental di wilayah masyarakat pinggiran kala itu.

Tahun berlalu, belakangan ini masyarakat sudah mulai modern. Mungkin karena efek revolusi industri 4.0.

Revolusi yang bertumpuh pada digitalisasi, kecerdasan buatan dan robot.

Isi barzanji sudah ada di dalam internet. Ada pihak pro sampai kontra. Ada masyarakat masih mempertahankan tapi ada juga sudah meninggalkan barzanji, terutama manusia generasi Millenial. 

Itu juga hal Aku rasakan akhir-akhir ini, NU sudah mulai tak berkurang di sekitar kehidupanku.

Banyak tokoh muda NU yang saya kenal seperti Wakil Sekretaris GP Ansor Sulsel, Muhammad Anshori; Mantan Ketua GP Ansor Sulsel, M Tonang; Ketua PB PMII Muhammad Syarif Hidayatullah.
Sedangkan, tokoh senior banyak saya kenal bukan berasal dari pengurus.

Tapi, lebih banyak Aku kenal dari keluarga NU sejak dulu seperti Mursyid Tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf Al Makkasary, Sayyid Abdul Rahim Assegaf Puang Makka; A'wan PWNU Sulsel, Makmur Idrus.

Aku sering melabeli orang-orang yang bergerak untuk NU dengan sebutan para penggerak sarung di masyarakat pinggiran.

Itu karena para tokoh dan masyarakat NU selalu menggunakan sarung. Tak pilih-pilih tempat, mau itu kegiatan di masjid, lapangan, hingga hotel, tokoh atau penggerak organisasi ini selalu menggunakan sarung.

Satu ciri khas mereka adalah sederhana. Selain itu, gerakan ini memang mengajak para umat untuk selalu menghubungkan batin dengan Allah SWT melalui doa dan zikir.

Sehingga, umat lebih mementingkan hubungan dengan Allah SWT ketimbang hubungannya dengan duniawi. Itulah alasan sehingga zikir dari para habib dan kiai NU banyak menarik masyarakat.

Penyampaian nilai-nilai agama pun cenderung persuasif tanpa ada paksaan. Tak ada dalam dakwah untung saling menjatuhkan dengan organisasi lain atau golongan lain.

Hal itulah yang membuat gerakan sarung NU dapat diterima oleh golongan atau agama lain. (*)



*Aku menulis tulisan ini di Desa Bissoloro, Kabupaten Gowa 

BACA JUGA: 




JANGAN LUPA SUBSCRIBE MY CHANNEL YOUTUBE: 


FOLLOW MY INSTAGRAM: 

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar