“Respons Soeharto adalah apakah dengan mundurnya dia lantas masalah terselesaikan?” ujar Peneliti politik dari Lembaga Pengetahuan Indonesia, Indria Samego ketika berdiskusi dengan Soeharto pada detik-detik mundur Sang Presiden sebagai akibat keinginan Reformasi.
Hari ini, 21 Mei 2013. Hari saat Presiden Soeharto menyatakan
mundur. Hari saat mahasiswa aktivis 1998 merasa telah berhasil menumbangkan rezim
refresif. Masa yang dianggap titik balik kebangkitan bangsa Indonesia. Namun
saya sependapat dengan Yusril Ihza Mahedra. “Bagi saya sih hasil reformasi baru
terasa perkembangan demokratisasi dan kebebasan.
Tapi lain-lain belum ada perubahan.”
sumber: kumpulankaryapuisi.blogspot.com |
Saya juga ragu apakah gerakan mahasiswa mempunyai
andil besar terhadap reformasi. Soeharto berkata kepada Cak Nun (Emha Ainun
Najib) “Cak, kalau gerakan mahasiswa mungkin tidak menakutkan, tapi kalau
rakyat menjarah, saya menggigil dan ketakutan….”
Dapat pula diambil kesimpulan sementara bahwa
mahasiswa tak mempunyai peran besar dalam reformasi 1998. Atau dengan bahasa Cak
Nun yakni reformasi yang penuh dengan kemunafikan, omong kosong dan palsu. Rencana
reformasi yang dikehendaki oleh Soeharto dan Nurcholish Majid ternyata tak
berjalan lancar sehingga istilah reformasi yang ada sekarang bukan reformasi sesungguhnya
tapi hanya pergantian presiden saja. Selebihnya tak ada apa-apa selain omong
kosong.
Sebenarnya saya tak membela Pak Harto tapi apakah reformasi
sekarang telah membuat perubahan untuk keluhuran? Saya masih ragu akan hal itu.
Sahabat yang membaca juga jika bertanya kepada lubuk hati terdalam maka akan
menemukan hal yang sama.
Beberapa hari belakangan ini harian nasional Indonesia
kembali membuka dan membandingkan masa Pemerintahan Soeharto dengan Reformasi
hasilnya memang ada plus dan minus. Namun korupsi menang besar pada zaman reformasi,
kesejahteraan menjadi momok di zaman ini. Untuk membeli saja harus antri
bagaimana kalau yang gratisan seperti BLT dan Raskin. Pasti semua antri baik miskin
terlebih si kaya. Justru kita hanya diperlihatkan kemelorotan yang semakin membuat
bangsa dan negara ini semakin tak karuan.
Fokus mengenai peran mahasiswa, beberapa kalangan
menduga mahasiswa tak punya andil besar karena tak siap dengan konsep
demokrasi. Seperti komentar JJ. Rizal, Sejarawan, reformasi 1998 tidak membawa
perubahan berarti untuk demokrasi Indonesia. Meski motor penggerak reformasi
adalah kaum muda, namun reformasi tidak lebih dari usaha peralihan kekuasaan
kepada generasi tua. Hal ini memang benar, saat itu bukan generasi muda yang
memimpin justru generasi tua lagi.
"Saya curiga mereka tidak siap dengan sistem
demokrasi. Mereka hanya ingin merobohkan rezim otoritarianisme, kemudian
menyerahkan kekuasaan kembali dipegang generasi tua," kata JJ Rizal didikutip
dari Merdeka.com.
Momentum reformasi tahun 1998 tak dimanfaatkan baik
oleh anak muda seperti mahasiswa. Justru disusupi oleh kaum tua. Hasilnya dapat
kita lihat. Yang menjadi presiden bukan ujung tombak reformasi (baca: mahasiswa)
malah BJ Habibie, wakil presiden RI. DPR dan MPR seharusnya bubar, menurut
agenda reformasi versi Cak Nur dan Cak Nun, justru tak tersentuh.
Maka saya kembali bertanya setelah 15 tahun
reformasi, sebenarnya reformasi 1998 untuk siapa? Untuk Rakyat? Untuk
Mahasiswa? Atau hanya untuk pembantu Soeharto yang mau menjadi ‘Raja’.
Saya curiga malah pembantu Pak Harto yang untung
setelah melihat impact reformasi saat
ini.
Setelah membaca sejarah dan melihat langsung
reformasi hari ini. Saya berani mengatakan reformasi yang ‘diledakkan’ tahun
1998 hanya setengah-setengah. Tak mereformasi semua sistem pemerintah. DPR dan
MPR kala itu masih berdiri tegak padahal orang-orang di dalamnya juga harus
diganti. Justru orang-orang memimpin malah pembantunya setelah presiden lengser.
Praktisnya Presiden Soeharto diturunkan oleh orang-orang sendiri. Kita dapat
menyaksikan setelah Soeharto turun. Berita selalu menyudutkan Pak Harto. Dialah yang menanggung dosa penghinaan,
cercaan, kritikan atas perlakuan orde baru. Berita tentang koncoh-koncohnya tak
terdengar. Malah sekarang ada pembantu Pak Harto yang ingin menjadi pemimpin.
Menutup tulisan tentang memperingati reformasi hari
ini yakni saya menyerukan kepada kaum muda untuk mereformasi sistem indonesia.
Bukankah kaum muda mempunyai energi, tekad dan kreativitas untuk mengubah
bangsa ini. Saya dan juga sahabat pembaca mesti yakin akan hal itu. Join to
Revolution!(*)
1 komentar
silahkan menimbang dan menganalisa serta merasakan sendiri kedua zaman ini...
BalasHapusMari berkomentar dengan santun dan bertanggung jawab!