Menimbang 15 Tahun Reformasi

By Hamidah Foundation - 20.50


“Respons Soeharto adalah apakah dengan mundurnya dia lantas masalah terselesaikan?” ujar Peneliti politik dari Lembaga Pengetahuan Indonesia, Indria Samego ketika berdiskusi dengan Soeharto pada detik-detik mundur Sang Presiden sebagai akibat keinginan Reformasi.

Hari ini, 21 Mei 2013. Hari saat Presiden Soeharto menyatakan mundur. Hari saat mahasiswa aktivis 1998 merasa telah berhasil menumbangkan rezim refresif. Masa yang dianggap titik balik kebangkitan bangsa Indonesia. Namun saya sependapat dengan Yusril Ihza Mahedra. “Bagi saya sih hasil reformasi baru terasa perkembangan  demokratisasi dan kebebasan. Tapi lain-lain belum ada perubahan.”
sumber: kumpulankaryapuisi.blogspot.com 

Saya juga ragu apakah gerakan mahasiswa mempunyai andil besar terhadap reformasi. Soeharto berkata kepada Cak Nun (Emha Ainun Najib) “Cak, kalau gerakan mahasiswa mungkin tidak menakutkan, tapi kalau rakyat menjarah, saya menggigil dan ketakutan….”

Dapat pula diambil kesimpulan sementara bahwa mahasiswa tak mempunyai peran besar dalam reformasi 1998. Atau dengan bahasa Cak Nun yakni reformasi yang penuh dengan kemunafikan, omong kosong dan palsu. Rencana reformasi yang dikehendaki oleh Soeharto dan Nurcholish Majid ternyata tak berjalan lancar sehingga istilah reformasi yang ada sekarang bukan reformasi sesungguhnya tapi hanya pergantian presiden saja. Selebihnya tak ada apa-apa selain omong kosong.

Sebenarnya saya tak membela Pak Harto tapi apakah reformasi sekarang telah membuat perubahan untuk keluhuran? Saya masih ragu akan hal itu. Sahabat yang membaca juga jika bertanya kepada lubuk hati terdalam maka akan menemukan hal yang sama.

Beberapa hari belakangan ini harian nasional Indonesia kembali membuka dan membandingkan masa Pemerintahan Soeharto dengan Reformasi hasilnya memang ada plus dan minus. Namun korupsi menang besar pada zaman reformasi, kesejahteraan menjadi momok di zaman ini. Untuk membeli saja harus antri bagaimana kalau yang gratisan seperti BLT dan Raskin. Pasti semua antri baik miskin terlebih si kaya. Justru kita hanya diperlihatkan kemelorotan yang semakin membuat bangsa dan negara ini semakin tak karuan.

Fokus mengenai peran mahasiswa, beberapa kalangan menduga mahasiswa tak punya andil besar karena tak siap dengan konsep demokrasi. Seperti komentar JJ. Rizal, Sejarawan, reformasi 1998 tidak membawa perubahan berarti untuk demokrasi Indonesia. Meski motor penggerak reformasi adalah kaum muda, namun reformasi tidak lebih dari usaha peralihan kekuasaan kepada generasi tua. Hal ini memang benar, saat itu bukan generasi muda yang memimpin justru generasi tua lagi.

"Saya curiga mereka tidak siap dengan sistem demokrasi. Mereka hanya ingin merobohkan rezim otoritarianisme, kemudian menyerahkan kekuasaan kembali dipegang generasi tua," kata JJ Rizal didikutip dari Merdeka.com.

Momentum reformasi tahun 1998 tak dimanfaatkan baik oleh anak muda seperti mahasiswa. Justru disusupi oleh kaum tua. Hasilnya dapat kita lihat. Yang menjadi presiden bukan ujung tombak reformasi (baca: mahasiswa) malah BJ Habibie, wakil presiden RI. DPR dan MPR seharusnya bubar, menurut agenda reformasi versi Cak Nur dan Cak Nun, justru tak tersentuh.

Maka saya kembali bertanya setelah 15 tahun reformasi, sebenarnya reformasi 1998 untuk siapa? Untuk Rakyat? Untuk Mahasiswa? Atau hanya untuk pembantu Soeharto yang mau menjadi ‘Raja’.

Saya curiga malah pembantu Pak Harto yang untung setelah melihat impact reformasi saat ini.

Setelah membaca sejarah dan melihat langsung reformasi hari ini. Saya berani mengatakan reformasi yang ‘diledakkan’ tahun 1998 hanya setengah-setengah. Tak mereformasi semua sistem pemerintah. DPR dan MPR kala itu masih berdiri tegak padahal orang-orang di dalamnya juga harus diganti. Justru orang-orang memimpin malah pembantunya setelah presiden lengser. Praktisnya Presiden Soeharto diturunkan oleh orang-orang sendiri. Kita dapat menyaksikan setelah Soeharto turun. Berita selalu menyudutkan Pak Harto.  Dialah yang menanggung dosa penghinaan, cercaan, kritikan atas perlakuan orde baru. Berita tentang koncoh-koncohnya tak terdengar. Malah sekarang ada pembantu Pak Harto yang ingin menjadi pemimpin.

Menutup tulisan tentang memperingati reformasi hari ini yakni saya menyerukan kepada kaum muda untuk mereformasi sistem indonesia. Bukankah kaum muda mempunyai energi, tekad dan kreativitas untuk mengubah bangsa ini. Saya dan juga sahabat pembaca mesti yakin akan hal itu. Join to Revolution!(*)

  • Share:

You Might Also Like

1 komentar

  1. silahkan menimbang dan menganalisa serta merasakan sendiri kedua zaman ini...

    BalasHapus

Mari berkomentar dengan santun dan bertanggung jawab!