Mungkin hari ini menjadi puncak rasa penat setelah beberapa minggu berada di persimpangan jalan. Berpikir ingin bekerja sebagai apa? Sangat banyak masukan dari berbagai pihak. Dua dosen yang dekat dengan penulis selama mengecap bangku perkuliahan Strata Satu memberikan dua nasehat yang berlatar belakang beda. Satu mengatakan jadilah seorang guru, karena sekarang peluangnya sangat terbuka. Dosen satunya lagi mengatakan “kamu tunggu saja tahun depan,...
Judul tulisan yang membuat penulis kebingungan mencari titik temu antara keduanya. Namun kedua istilah ini sering kali memiliki hubungan kausal yang kuat. Saling mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari manusia. Kejadian Jumat lalu memberikan penulis inspirasi untuk menulis sebuah tulisan tentang hubungan kausal kesabaran dan lapar. Seorang mubaligh memberikan khotbah jumat di kampus. Hari terakhir penulis resmi menyandang status mahasiswa. Karena yudisium baru terlaksana. Meski...
Hari ini aku bersama si Rebi (baca: Revo Biru) melalui rute saat suasana yang berbeda. Malam hari. Memang selama ini aku pulang ke Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, selalu dengan kondisi cuaca yang terang. Lokasi Desa Bissoloro sekitar 40 kilometer dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Peta Desa Bissoloro:
Keluarga, baik ibu dan nenek, selalu melarangku. Katanya amat berbahaya. Memang cukup berbahaya sih karena jalan menuju kampungku ini tak ada penerangan malam hari, kondisi alam yang sering hujan, tak ada pembatas jalanan, jalang curang dan rumah-rumah amat jarang sebelum sampai di gerbang desa.
Akhir tahun 90-an memang sangat tak aman berjalan atau pun menggunakan kendaraan menuju Desa Bissoloro. Bisa-bisa kita kena korban rampok.
Namun, sekarang sudah tidak.Selain itu kondisi jalan masih berbatu, Belum ada aspal. Kendaraan umum yang lewat hanya satu atau dua. Itupun kebanyakaan truk pengakut kayu.
Sewaktu aku masih berumur belasan untuk menuju kampung halamanku meski ditempuh dengan berjalan kaki. Jaraknya mencapai 15 kilometer dari akses jalan raya yang kerap dilalui kendaraan umum.
Barulah pada awal tahun 2005 jalan desa ini terjamah aspal. Kemudian beberapa tahun yang lalu listrik mulai mengalir di desa ini.Dari kondisi alam bercuaca dingin dan berkabut. Jarak pandang bisa-bisa hanya seperlemparan batu. Apabila perjalanan di malam hari maka bisa-bisa celaka untuk pengemudi baru.
Untung aku hafal betul jalanan di desa ini. Jadi tak masalah meski jarak pandang terbatas.Sekarang dengan berbagai fasilitas listrik dan jalan aspal membuat perjalanan semakin aman. Sehingga hanya butuh 45 menit untuk sampai di Desa Bissoloro.
Kerlap Kerlip MakassarSetelah sampai di puncak Desa Bissoloro, kita akan disajikan dengan kerlap kerlip lampu malam Kota Sungguminsa dan Makassar. Sangat menakjubkan. Membuat aku berhenti dan menikmati lampu ini selama 30 menit.
Apabila pembaca yang pernah melihat film Rab Ne Bana Di Jodi saat take di gunung, ketika si pemeran utama memperliahatkan pemandangan lampu kota. Maka seperti itulah keadaanya di gunung tersebut. Maka tak heran jika banyak villa kokoh berdiri di area ini.
Aku ingin mengabadikan pemandangan dengan kamera namun hanya smartphone yang ada di saku. Pixel kameranya tak cukup untuk merekam dengan kondisi yang serba gelap.Maka aku berjanji apabila lewat sini di waktu malam maka kamera akan aku siapkan meski itu meminjam kamera teman di kampus. (*)
Maka kata senior pun terbukti. Setelah beberapa hari lepas dari kampus pemikiran pun terpecah. Ibarat berada di sebuah pulau kecil, yang panik memikirkan makanan, minuman, dan kapal untuk pulang ke rumah. Hanya bisa berpikir cara untuk tak mati di tempat tersebut maka semua daya dan pikiran diarahkan ke arah sana. Sering kali melupakan kesehatan. sumber: http://www.theschooloflife.com Itulah yang saya rasakan selama beberapa hari tak...