Agama dan Sains (Ilmu Pengetahuan) memang sudah menjadi
musuh sejak abad pertengahan di Eropa. Pemimpin saat itu menganggap gereja adalah
suara Tuhan. Jadi apapun kata gereja, segera dan wajib dilaksanakan. Sedangkan
ilmu hanya menjadi penghalang, bahkan banyak ilmuwan saat itu yang dikecam dan
dihukum karena melawan perintah dan sabda gereja.
Dalam buku “The Dancing of Leader” masa itu sering
disebut abad kebangkitan religi di Eropa. Masa yang menjadikan manusia harus
tunduk pada pemuka agama. Maka konsekunsinya bagi sains memasuki Dark Ages. Ilmu dianggap sihir yang
mengganggu hubungan manusia dengan Tuhan.
Akibatnya kaum
cendekiawan yang terdiri daripada ahli-ahli sains berasa mereka ditekan dan
dikawal ketat. Pemikiran mereka ditolak. Siapa yang mengeluarkan teori yang
bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera malah ada yang
dibunuh. Ilmuwan seperti Cupernicus dan Galileo selalu dikecam dan dihardik. Bahkan Galileo dijadikan sebagai tawanan rumah
hingga ia wafat.
Eropa dilanda Jaman
Kelam sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Zaman masyarakat Eropa menghadapi
kemunduran intelek dan ilmu pengetahuan. Keadaan ini merupakan wujud tindakan
dan cengkraman kuat pihak berkuasa seperti Gereja Kristian. Gereja serta para
pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga politik. Mereka berpendapat
hanya gereja saja yang mempunyai otoritas ntuk menentukan kehidupan, pemikiran,
politik dan ilmu pengetahuan.
Sampai sekarang pun
silang pendapat antara agama dan ilmu masih berlangsung meski tak sedramatis
dulu. Dalam buku karangan Dan Brown, “Angles and Demons” Pihak gereja selalu
memberitakan berita yang menjelek-jelekkan peran ilmuwan kala itu. Perkumpulan
ilmuwan diberi label perkumpulan setan, pemuja iblis dan hal-hal yang buruk
lainnya. Buku ini memang fiksi. Namun fiksi juga dibuat atas pemikiran rasional
dan praduga tak bersalah. Bahkan biasanya dari pemikiran fiksi ini ditemukan
sebuah kebenaran sejati.
Teori konspirasi selalu
mengajak kita supaya tak berpikir 100% memihak pada satu golongan. Karena
data-data yang berserakan sekarang sangat susah untuk dicari benang merahnya,
tentang siapa yang benar dan salah. Sangat susah berdiri pada salah satu sisi
ini. Karena kita hanya disajikan bukti masa lalu yang belum tentu benar
keberadaannya.
Penulis menduga ada golongan yang ingin membuat tembok antara agama dan ilmu. Kalau kita berpikir diplomatis,
ranah agama dan ilmu bisa dicarikan benang merahnya. Hubungan yang saling
melengkapi dan membutuhkan satu sama lain.
Hal ini banyak terlihat
pada kisah-kisah yang sering digulirkan oleh kaum islam. Bahkan dalam kita
Allah telah diterangkan secara terperinci tentang alam semesta. Penemuan
terbaru pun sebenarnya bersumber dari Al-Quran. Ilmuwan sekarang pun telah
banyak memusatkan perhatian pada kitab ini.
Penulis pun ingin
berkecimpung pada pembangunan ‘jembatan’ antara agama dan ilmu. Bukan kah “Tuhan
tidak bermain dadu,” kata Albert Enstein. Ia mengatakan ini karena melihat
fenomena alam semesta yang sangat teratur. Jika kita menghubungkan dengan kitab
Al-Quran maka ada hubungan linear antara pemikiran ilmiah dengan kitab yang tak
lain adalah petunjuk menjalankan agama. (*)
0 komentar