Peneliti, Penulis dan Pengajar

By Hamidah Foundation - 22.59




Aduh...adalah kata yang aku ucapkan setelah mengecap dunia sesungguhnya. Karena hal-hal yang aku kerjakan sekarang sangat melenceng jauh dari cita-cita. Yakni menjadi seorang peneliti, pengajar dan penulis. Suatu kegiatan yang sangat ingin aku gapai dalam hidup.

Sekarang aku lebih banyak bermain di wilayah bisnis. Meski profesi satu ini berpotensi mendapatkan income yang banyak namun selalu saja membuat batin tak tenang.

Hanya lembaga seperti National Geografhic (http://nationalgeographic.co.id/ )dan WWF (http://www.wwf.or.id ) yang sangat mendukung cita-citaku . National Geografhic bergerak di bidang pengetahuan akan geografi. Yayasan National Geographic didirikan di Amerika Serikat pada tanggal 27 Januari 1888 oleh 33 orang yang tertarik meningkatkan pengetahuan geografi mereka. Gardiner Greene Hubbard menjadi presiden pertama dan kemudian digantikan oleh menantunya, Alexander Graham Bell. Yayasan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan umum tentang geografi dunia dan pada akhirnya mensponsori penerbitan majalah bulanan National Geographic.
Sosok Indiana Jones yang mempunyai peran sebagai peneliti, penulis dan pengajar

Kemudian WWF adalah lembaga yang bergerak untuk menghentikan dan memperbaiki kerusakan lingkungan yang terjadi serta membangun masa depan, dimana manusia hidup selaras dengan alam.

Meski banyak lembaga yang serupa banyak namun lembaga di atas inilah yang konsisten menelaah tentang kejadian dan hubungan organisme dan non organisme yang ada di alam.

Aku masih ingat lima tahun lalu, 2008. Seorang guru Biologi menceritakan tentang sebuah lembaga yang terdapat di dalamnya orang-orang menasbihkan diri untuk lingkungan. Pada tahun yang sama masih banyak channel di TV nasional menayangkan tentang alam. Channel yang paling terkenal adalah Discovery Channel dan National Geografhic. Aku sangat bersemangat dan akan memilih jurusan yang mempelajari tentang makhluk hidup dan alam jika kuliah nanti. Maka pilihan itu jatuh pada Jurusan Biologi. Departemen yang mengajarkanku tentang mencintai alam dan kekuasaan Tuhan tentunya.

Aku juga masuk ke lembaga pers untuk mengasa kemampuan menulis meski aku lebih suka memainkan musik. Namun musik aku jadikan sebagai hobby. Sedangkan menulis sebagai satu dari tiga bagian dalam mengejar cita-citaku yakni menjadi seorang penulis. Langkah menjadi penulis ini aku dalami selama tiga tahun di LPMM Profesi. Sebuah lembaga jurnalistik yang sangat memegang teguh idealisme dalam menulis. Tuah berkecimpung selama ini di Profesi membuat aku dipanggil oleh salah satu dosen senior di jurusan untuk membuat buku. Tentunya buku pelajaran untuk anak-anak sekolahan.  Penelitianku juga telah aku perdalam dengan selalu hadir pada kegiatan praktikum di jurusan. Meski kegiatan praktikumku lebih banyak kuhabiskan bersama junior karena tertinggal dua semster dari teman seangkatan. Dan terakhir kemampuan mengajarku selalu aku asa dengan membaca buku dan berdiskusi dengan dosen yang mumpuni di kampus.

Kembali kepada alasan mengapa aku sangat melenceng dari cita-cita hidup yakni karena desakan ekonomi dan lingkungan. Yah...lingkungan tempatku tinggal memang mengarahkan pada kehidupan kapitalisme. Kehidupan yang bertujuan meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Biasanya menghalalkan berbagai macam cara. Menuntun manusia pada kehidupan bermegah-megah. Kota besar seperti Makassar memang sangat akrab dengan kehidupan ini. Kapitalisme.

Menghalalkan segala cara di sini memang banyak macamnya. Bukan cuman berbicara pada tataran halal atau haram. Tapi apakah kehidupan kita juga memperhatikan keseimbangan alam. Sebuah pertanyaan yang terkesan sangat tak sesuai dengan jaman jika dilontarkan di depan warga kota metropolitan seperti Makassar.

Kenyataan ini memang sangat susah untuk ditepis. Karena sudah menjadi sebuah sistem yang tak disadari dan berlangsung di tengah-tengah masyarakat madani.

Semoga kita tak semakin larut dalam kehidupan ini. Hingga melupakan nilai dan keseimbangan alam. Sembari itu aku gunakan waktu sekarang untuk berkumpul dengan orang-orang yang mengarahkanku pada visi hidup. Membaca referensi yang memotivasi cita-cita. (*)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar