Sore itu, Jumat 9 Januari 2015, rumah jabatan nampak mencekam.
Puluhan pemuda nekat menerobos masuk.
Mereka mengatasnamakan mahasiswa dari Barisan Elemen Mahasiswa dan Masyarakat Makassar (BEMM Makassar) melakukan aksi demonstrasi mulai pukul 16.50 Wita.
Mahasiswa ini menolak keras pembelian sendok seharga Rp 1 miliar, pembelian ranjang Wali Kota Makassar seharga Rp 220 juta, pembelian selimut Rp 80 juta, pembelian kulkas untuk rumah jabatan 15 juta, pembelian Jet ski Rp 700 juta, dan pembuatan website per kecamatan seharga Rp 60 juta.
Saat kejadian, saya ada di dalam ruang tengah rumah jabatan.
Danny pun ada di rumah jabatan.
Muka Danny Pomanto pun nampak tegang.
Sebab, ada satu orang pendemo ditusuk oleh preman.
Kepala Sub Bagian Keuangan Satpol PP Iqbal Asnan dan Kepala Seksi Ops Satpol PP Makassar, Abdul Rahim Dg Nyalla ada di lokasi.
Mereka nampak berada di lokasi.
Dalam pandangan saya, mereka berdualah pejabat awal yang loyal dengan Danny Pomanto.
Sebab, baru-baru saja, Danny Pomanto secara politik pecah kongsi dengan mantan wali kota Makassar sebelumnya, Ilham Arief Sirajuddin.
Hingga, akhirnya Danny Pomanto pun berhasil membangun konsolidasi awal.
Mental Danny Pomanto sebagai wali kota Makassar pun juga mulai terbangun ketika warga Parangtambung Kecamatan Tamalate menyatakan dukungan nya selama memimpin Makassar.
Itu adalah salah satu alasannya.
Lambat laun banyak orang baru di sekeliling Danny Pomanto berdatangan.
Yah dalam periode pertama, saya sempat meliput di Pemerintah Kota Makassar mulai pertengahan tahun 2014 hingga akhir 2015.
Selama dua tahun bertugas di Pemerintah Kota Makassar.
Meski dua tahun, banyak kejadian menegangkan selama ini.
Konsolidasi ASN
Pasca dilantik April 2014 lalu, Danny Pomanto banyak menghadapi masalah konsolidasi.
Sebab, Danny Pomanto pecah kongsi dengan pendukungnya.
Ia pecah kongsi dengan pejabat era Ilham Arief Sirajuddin.
Sehingga, kala itu, banyak sekali pejabat Ilham non job.
Belakangan pejabat ini masih ada yang menjabat namun bukan lagi posisi strategis.
Danny menggandeng Dosen Komunikasi Universitas Hasanuddin, Aspiannoer Masrie untuk menjadi pejabat.
Ia sering menulis opini di harian Tribun Timur.
Dari sini, Danny pun mulai menyeleksi para pejabatnya.
Sehingga, dari hasil diskusi Danny Pomanto dan Aspiannoer Masrie promosilah pejabat baru saat ini Kepala Bapenda Firman Pagarra.
Firman saat itu diplot sebagai Kabag Humas.
Jadilah semua pejabat menjadikan rumah Aspiannoer sebagai posko di kompleks Unhas.
Akhirnya Danny berhasil konsolidasi.
Kemudian, pada tahun 2015, Danny berhasil membuat event skala ASEAN, ASEAN Mayors Forum.
Konsolidasi Politik
Secara politik, Danny Pomanto ini adalah pengagum dari Presiden ke-7, Joko Widodo.
Sehingga, pada Pilpres 2014 lalu, dia mendukung Joko Widodo sebagai presiden.
Kala itu, dia bersama dengan Amran Sulaiman mendukung Joko Widodo.
Pada pengumuman quickcount di posko Sahabat Rakyat, Danny datang langsung.
Kemudian, saat konsolidasi politik di Kota Makassar, saat itu, Partai Golkar yang dulunya mendukung pasangan Supomo Guntur-Kadir Halid berubah haluan.
Mereka mendukung Danny Pomanto.
Abd Wahab Thahir sebagai operator di DPRD Kota Makassar.
Namun, dinamika politik DPRD Kota Makassar selalu dalam tensi tinggi.
Basdir, Supratman dan Susuman Halim tanpa tedeng aling-aling sering melancarkan kritik ke Danny Pomanto.
Bahkan, sempat mereka bertiga kritik Danny di tengah rapat paripurna.
Kejadian itu terjadi di ruang rapat paripurna, 19 Juni 2015.
Sugali menyatakan belakangan ini santer terdengar bahwa sejumlah kritik dari DPRD Makassar dilakukan oleh orang-orang suruhan mantan Wali Kota Ilham Arief Sirajuddin.
Kritik, kata dia, diisukan karena Moh Ramdhan Pomanto cenderung meninggalkan Ilham setelah terpilih menjadi wali kota tahun lalu, padahal Danny adalah orang yang mendampingi Ilham selama 10 tahun masa pemerintahan.
"Padahal apa yang kami selalu sampaikan kepada wali kota adalah murni, semata-mata untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat, bukan karena tendensius," sebutnya.
Kritik mereka ini pun terjadi hingga masa periode pertama kepemimpinan Danny Pomanto.
Namun, sekali lagi, Danny berhasil menggaet Partai Golkar sebagai pemenang pemilu 2014-2019 lalu.
Dua kader utama Partai Golkar Haris Yasin Limpo dan Irianto Ahmad diplot sebagai direktur perusahaan daerah.
Harus diangkat sebagai direktur utama Perumda PDAM.
Irianto Ahmad menjadi Direktur PD Parkir.
Sementara itu, Partai Demokrat sebagai partai pengusung hanya berhasil mendudukkan kadernya di bawah kader Partai Golkar. (*)
0 komentar
Mari berkomentar dengan santun dan bertanggung jawab!