Kebun ini terletak di Desa Pucak, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros. Pucak Anda dapat tempuh dengan menggunakan jalur darat dengan menggunakan kendaraan motor maupun mobil. Jarak dari Makassar ke Pucak sekitar 35 kilometer.
Jalan ke tempat ini dulunya adalah aspal namun sekarang jalannya sudah rusak. Tempat ini milik mantan Gubernur Sulsel HZB Palaguna. Sejarah PTF dimulai pada tahun 1988. Ketika itu luasnya hanya 4 hektare.
Tanaman yang dibudidayakan adalah mangga dan jeruk. Awal tahun 2000, pemilik mulai mengarahkannya untuk agrowisata dan mulai membangun beberapa fasilitas pendukung.
Konsep teaching farm muncul dari kesenangan pemiliknya melakukan inovasi di Bidang Usaha Tani (Farm). Ketika itu, pemiliknya memegang jabatan tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan sehingga dalam mengambil sebuah kebijakan yang dirasa perlu melakukan uji coba.
Beberapa uji coba yang sudah dilakukan dan telah menunjukkan hasil adalah budi daya jeruk siam, budidaya ikan nila dan ikan mas, penangkaran rusa jenis Rusa Timor, dan peternakan kambing Boerawa.
Produksi jeruk siam dari PTF tahun 2008 adalah sebanyak 45 ton dan telah dipasarkan di beberapa kabupaten. Penangkaran rusa juga mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan, dari jumlah enam ekor kini telah mencapai 70 ekor.
Ditambah lagi jenis burung yang didatangkan dari luar Sulawesi seperti burung rangkong dari Kalimantan dan Burung Merak dari Papua.
Namun sekarang keadaannya berubah seratus delapan puluh derajat. Binatang dan area perkebunan terlihat tak terawat dengan baik. Sekarang, area perkebunan dipenuhi dengan sampah dari pengunjung.
Kandang binatang kotor dan tak terawat, binatang yang tinggal di sini satu persatu mati karena tak terurus dengan baik. Binatang itu makan apapun yang ada. Apabila diberi roti akan dimakan, diberi biskuit pun lahap ditelan. Pengunjung leluasa memberikan makanan maupun mengganggu binatang tersebut.
Ada yang menusuknya dengan kayu, ada yang melemparinya dengan batu, ataupun ada yang membuatnya merasa tak aman. Setiap hari, minggu, dan bulan mereka mendapat perlakuan seperti ini.
Tahun lalu masih ada beberapa jenis burung kini sudah menghilang. Rusa Timor yang dulunya mencapai 70 ekor kini jumlah tak cukup 10 di kandangnya.
Tempat menginap memang bertambah namun orang-orang yang ke sini tak sama lagi dengan tahun-tahun berdirinya tempat ini. Kegiatan mereka kebanyakan hanya berwisata sangat jarang datang ke sini untuk meneliti.
Apabila terus dibiarkan Pucak tak terurus bukan tak mungkin tempat ini akan mengalami “kepunahan”, semua spesies akan mati, lapangan pekerjaan bagi karyawan akan hilang, dan masyarakat Sulsel terkhusus Maros akan kehilangan tempat yang pernah membesarkan namanya. (*)
0 komentar