Dear Diary: Aku adalah Pelacur (7)

By Hamidah Foundation - 12.46



Seminggu kemudian Erni pindah rumah. Kami tak tahu alamatnya sekarang. Menghilang tanpa kabar. Tak pamit pada kami, sahabatnya. Aku dan Raya bertanya-tanya. Mengapa Erni melakukan hal demikian?Apakah  ada hubungannya dengan kedatangan lelaki misterius ketika Erni melahirkan?

Dugaan kami memang tak salah. Lelaki yang datang erat kaitannya dengan Erni. Lelaki yang datang di hari kelahiran anak Erni adalah Razak. Lelaki yang menghamili Erni. Aku tak habis pikir mengapa Erni kembali ke pelukan Razak. Mungkin cinta Erni begitu besar, meski Razak sudah mempunyai anak dan istri. Memang cinta selalu tak bisa ditebak.

Mulai hari itu kami tak pernah lagi bertemu dengan Erni. Aku pun mulai melupakan Arsyad sedikit demi sedikit meski tiap malam wajah dan perhatiannya masih menghantuiku.

23 Januari 1988, Saat ini Aku dan Raya sudah semester enam. Akhir semester ini kami akan berangkat Kuliah Kerja Nyata (KKN). Hal ini berarti kami akan segera menyelesaiakan studi. Kami sudah mempersiapkan semua persiapan menuju tempat KKN. Aku sudah membeli koper, hasil jerih payahku mengajar sebagai tentor lembaga bimbingan belajar. Raya! jangan ditanya, dia sudah membeli perlengkapan  dari awal semester enam lalu.

Hari yang dinanti pun tiba. Aku dan Raya siap untuk menuju rimbah pengabdian. Kami berdua ditempatkan di daerah yang sama. Kotamadya Parepare. Kata orang-orang Parepare ini dijuluki Bandar Madani karena di kota ini hampir sepanjang pantainya adalah pelabuhan. Banyak barang luar negeri melalui pelabuhan ini. Baik yang legal hingga ‘barang gelap’ alias ilegal. Aku dan Raya ditempatkan di area perbukitan Parepare, LemoE nama daerah ini. Saya juga heran kok bisa sama dengan Raya. Mungkin takdir yah. Suasana alam di kawasan ini pedesaannya masih terasa. Tak sama dengan daerah lain di Parepare. Beton-beton yang mendominasi. Tak jauh beda dengan Makassar. Namun Parepare sangat bersih.

Rumah staf kelurahan LemoE pun menjadi posko kami. Kami berlima di sini. Aku dan Raya dari Bahasa Inggris. Helmi dari Pendidikan Bahasa Indonesia. Budi dari Pendidikan Sejarah. Terakhir Anti dari Pendidikan Matematika. Kami memilih Helmi jadi Koordinator KKN tingkat Kelurahan atau lebih keren dipanggil Korlu. Aku menjadi bendahara. Tak butuh waktu seminggu kami sudah akrab. Tempat KKN bukan hanya ajang bersosialisasi tapi juga ajang memadu kasih. Namun aku tak mau lagi menjaling kasih dengan orang lain. Aku sudah merasakan perih dari lelaki. Aku tak mau merasakannya dua kali.

Hampir dua minggu kami menempati daerah ini. Hampir semua rumah tokoh masyarakat kami sudah sambangi. Setelah dua minggu kami berada di posko ini. Tiap pagi seseorang meletakkan bunga Edelweis. Bungan kesukaanku. Di sana terdapat sepucuk surat. Untukku. Tertulis dari pengagum rahasia. Romantis sekaligus misterius. Kenapa ada orang yang menerorku di pagi buta. Aku tak tahu betul siapa dia. Aku sangat penasaran. Siapa dia. Hatiku seakan kembali terbuka untuk lelaki. Bunga Edelweis pemberian lelaki misterius itu aku simpan. Aku senang. Sangat senang. Serasa hatiku ikut berbunga.

Namun semua bunga di hatiku terasa layu ketika memikirkan Arsyad. Hancur. Aku langsung membuang semua bunga Edelweis yang diberikan oleh pengagum rahasiaku. Dan meninggalkan pesan untuknya supaya tak mengirimkan aku bunga lagi. Namun ia bandel dan tak menghiraukan perkataanku. Dia tetap mengirimi aku bunga. Bahkan hampir setiap hari. Hingga suatu hari ia menuliskan sebuah surat. Entah ini puisi atau memang curahan hatinya. Isi suratnya berbunyi:

Pertama aku mengenalmu, kamu terlihat pendiam, pemalu, jutek dan ada hal yang engkau takutkan dan benci dari lelaki. Hal ini terlihat dari pandanganmu yang sangat tajam dan sinis kepada tiap lelaki yang menatapmu. Tak terkecuali aku. Saya pernah memperhatikanmu dan melempar senyum dan kamu membalasnya dengan muka datar, pandangan  sinis, dan membuang muka. Ada apa denganmu? Aku merasakan kamu pernah terluka oleh kaum kami. Kaum Adam. Aku pernah mencoba menanyakan namun kamu seakan melihat kami sebagai musuh dan harus dihindari. Dari tingkahmu itu membuat hati aku tergerak. Kamu sedang sakit. Kamu perlu ditolong. Inilah yang menyebabkan aku mengirimkanmu bunga Edelweis. Supaya kamu kembali ceria. Aku sangat senang melihatmu tersenyum mendapati bunga ini. Meski setelah itu kamu murung dan kembali sinis pada lelaki. Aku sangat senang. Saking senangnya. Hingga melompat dan berteriak. Aku tak tahu ini cinta atau apa. Yang jelas aku suka kamu ceria. Aku tak akan berhenti mengirimkan kamu bunga Edelweis. Hingga kesedihan kamu benar-benar hilang. Dari pengagum rahasiamu.  
           
Aku sangat kaget membaca surat ini. Mengapa dia bisa membaca pikiranku. Aku langsung menanyakan kepada Raya. Aku curiga ia yang mempermainkan aku dengan menaruh bunga Edelweis. Hanya dia yang tahu sifatku dan kebencianku pada lelaki. Namun Raya benar-benar tak tahu. Ia sudah bersumpah bukan dia yang menaruh bunga dan menulis surat untukku. Teman-teman yang lain juga tak ada yang mau mengaku. Aku makin bingung dengan surat ini. Entah siapa yang mengirim. Mengapa ada orang asing yang langsung bisa mengetahui perasaanku. Mana mungkin seorang lelaki baru, bisa mengetahui perasaanku.  Aku malah curiga itu adalah Arsyad.
Bersambung…

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAMKU!

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar