Akhir-akhir ini begitu banyak pemandangan
tentang korupsi yang melibatkan figur partai politik, konspirasi untuk takhta,
tergoda wanita muda nan cantik. Hal ini mengingatkan
kita perkataan Rasulullah Muhammad SAW, Berhati-hatilah kau terhadap tiga
perkara yakni harta, takhta dan wanita.
Penuturan sang Nabi memang sudah
terbukti namun saya tak yakin banyak orang yang sadar akan pesannya 14 abad
yang lalu. Buktinya hingga saat ini banyak orang yang terjerat dan terjungkal
dengan tiga godaan terbesar seorang pemimpin, presiden, wakil rakyat, nelayan,
petani, penjual asongan, anak sekolahan, pedagang. Semua elemen masyarakat mulai dari pucuk
tertinggi hingga golongan masyarakat bawah.
Pemimpin kita kebanyakan terjerat pada
masalah perampokan uang rakyat yang beken disebut korupsi. Saya pernah
berdiskusi dengan pengusahan asal Kabupaten Gowa. Saya pun bertanya mengapa dia
menambah terus usahanya. Padahal usaha yang ada sudah sangat cukup. Ia dengan
tegas memberikan jawaban karena saya masih lapar. Lapar ini semakin bertambah
ketika target dan usaha saya meningkat. Saya masih mau lagi terus membeli
lebih, mempunyai barang yang tak semua orang miliki. Rumah gedong. Istri
cantik. Mobil mewah. Jabatan terpandang. Semua ingin saya miliki.
Saya memang belum pernah merasakan harta
berlimpah hingga miliaran juta. Namun pengalaman membuktikan, banyak uang atau
harta akan semakin membuat saya semakin lapar. Semakin ini kaya lagi hingga
hidup semakin mudah, Semakin dipandang tinggi, tak diremehkan sesama manusia. Namun
manusia selalu berada pada pilihan yang sulit. Lingkungan yang ada yang sering
memaksa untuk terus lapar, terus tak puas.
Harta memang selalu membuat orang bisa
melakukan apa saja. Hingga merampok pun akan dijalanani tak memandang orang itu
orang terpelajar baik moral dan intelektual. Celakanya lagi para figur yang
nyata-nyata kita kagumi menusuk kita dari belakang. Mereka mencuri uang rakyat yang
memang diperuntukkan untuk kebaikan bersama. Namun naas juga melihat rakyat
sekarang pemikirannya tak jauh beda dengan pemimpin. Untuk memperjelas ini saya
mau memberikan contoh hubungan pemimpin dan rakyat yang penuh kong kali kong. Seorang
yang ingin menjadi kepala daerah baik bupati maupun gubernur mesti mengeluarkan
uang yang sangat banyak. Membayar tim sukses, membeli media, membayar rakyat.
Poin terakhir adalah hubungan yang paling nyata dengan rakyat. Membeli rakyat
di sini berarti membayar rakyat supaya memilih si calon kepala daerah. Membayar
rakyat sangat mahal. Hasilnya juga sering kali pahit.
Hal inilah yang menjadi poin kenapa
seorang pemimpin korupsi karena ingin membayar hutang politiknya kepada donator
saat dia mau naik menjadi kepala daerah.
Sekali lagi manusia memang selalu kalah
dari lingkungan. Hanya sedikit yang mampu bertahan dan berjalan pada jalur yang
benar. Hidup sederhana sekarang sudah dianggap tak layak.
Takhta menjadi tujuan seseorang setelah mendapat
harta banyak. Sering kali persoalan satu ini membuat seseorang melakukan hal-hal
yang tak bermoral. Seperti menjatuhkan, memfitnah, men-gibah-kan. Pokoknya
semua jalan, tak peduli benar atau salah, yang membuat lawan kita jatuh. Tak
dipilih. Hingga kitalah yang melenggang menjadi pemimpin. Apakah setelah
terpilih para pemimpin kita tak berpikir ini buruk?Entahlah seseorang yang
dibutakan oleh takhta yang bersifat sementara memang ibarat narkoba yang nikmat
namun mematikan.
Seorang yang berada di puncak memang tak
ada kebutuhan selain dipuji, dianggap tinggi, dihormati. Seolah-olah ingin
disamakan dengan Tuhan.
Terakhir adalah wanita. Wanita memang menjadi
cobaan yang berat untuk para pemimpin kita. Sering kali seorang pemimpin
tersandung dengan makhluk satu ini. Ada banyak magis yang dikeluarkan wanita
sehingga membuat lelaki kalang kabut sampai-sampai berlutut di depannya. (*)
0 komentar
Mari berkomentar dengan santun dan bertanggung jawab!