Kapitalisme

By Hamidah Foundation - 05.23

 
sumber: http://www.fimadani.com


Seorang ibu beranak lima sedang susah hati ke sana kemari. Ia ingin membeli beras. Pilihan pertama dia masuk ke dalam sebuah toko serba ada (Toserba). Ia mengantongi lima ribu rupiah. Harga beras di toserba sudah tertera. Harganya Rp5.500. Si ibu ingin menawar. Namun penjaga toko enggan mengurangi harga meski kurang dari lima ratus rupiah.

Bahkan penjaga toko pun tak akan bisa memberikan takaran beras kurang dari seliter. Akan beda ceritanya jika uang si ibu berlebih hampir dipastikan tak akan ada kembaliannya. Akhirnya si ibu berlalu dan memilih ke pasar tradisional. Ia bisa mendapatkan beras bahkan si penjual beras bisa menambahkan jika si ibu menceritakan nasib kelima anaknya yang lagi kelaparan. Dan hanya menunggu beras itu untuk mengisi perut mereka.

Dari kisah singkat di atas sudah dapat dirasakan bagaimana sistem yang berlaku di negara kita tercinta. Bukankah akan lebih kacau jika kelima anak ini kelaparan. Anak ini bisa mencuri dan berbuat kejahatan lainnya. Akhirnya kekacauan sosial akan semakin merebak ke segala penjuru negeri. Negara kita katanya masih menganut sifat gotong royong. Sifat saling membantu. Namun mengapa kita lebih memilih jalur seperti toko tadi. Inilah mungkin yang dimaksud dengan kapitalisme.

Menurut KBBI kapitalisme adalah sistem atau paham ekonomi yang modalnya bersumber bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan di pasar bebas. Sedangkan menurut Wikipedia kapitalisme atau kapital adalah suatu paham yang meyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untung kepentingan-kepentingan pribadi. Yah…pasar yang menjadi raja. Pemimpin duduk manis saja. Nanti akan ada bagiannya.

Menurut penulis kapitalisme ini mempunyai hasrat besar memiliki di tengah sumber daya alam yang terbatas. Dan memang yang memulai kapitalisme adalah negara yang tak mempunyai sumber daya alam banyak seperti negara eropa. Tak jarang negara-negara yang tak punya sumber daya mumpuni melakukan intervensi kepada negara kaya SDA seperti negara ini, Indonesia.

Lalu mengapa Indonesia yang punya banyak SDA juga mempraktikkan faham ini. Paham ciptaan Adam Smith ini justru mematika rasa kemanusian. Lihatlah dampak kapitalisme. Masih ingatkah Anda dengan kisah bayi Naila yang meninggal di Rumah Sakit Umum Lasinrang, Pinrang, Sulawesi Selatan. Bukankah ini dampak kapitalisme. Orang terlebih dahulu mementingkan persoalan administrasi dan uang ketimbang nyawa. Karena sifat kapitalisme adalah maksimalisasi profit.

Hal ini tak mengherankan. Presiden SBY pernah berkata,” Saya sebagai Chief Salesperson Indonesia Inc, mengundang Anda semua untuk berinvestasi di Indonesia dan membangun kerja sama yang kuat," kata Yudhoyono, di hadapan 1.200-an CEO se-Asia Pasifik, di BICC, Nusa Dua Bali, Minggu, 6 Oktober 2013.

Saya menduga Indonesia adalah pasar. Pasar yang membuat mata asing merah. Indonesia bagaikan gadis perawan. Semua kekayaan alam ada di sini. Sebutkan yang anda tahu. Akan anda dapat di perusahaan yang bernama Indonesia Inc.

Mengapa penulis mengatakan bahwa kapitalisme bukan diperuntukkan untuk manusia?

Karena kapitalisme membuat kesenjangan sesama manusia sangat jauh, membuat persaudaraan antar sesama hancur, melanggengkan perbudakan dalam perusahaan, neo imperialisme, dan semakin membuat kita jauh dari Tuhan.

Coba lihat kota di Indonesia yang menerapkan kapitalisme pasti kacau. Kelaparan. Kebohongan. Bermegah-megah dimana-mana. Hukum rimbalah yang berlaku. Seperti bahasa penulis mematikan rasa kemanusiaan. Memang ini adalah opini namun terjadi di sekitar kita. (*)

Tulisan ini pernah dimuat di harian Tribun Timur, 26 Desember 2013

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar