Janda dan Adu Jotos

By Hamidah Foundation - 18.29

Peluh sudah bercampur dengan berbagai rasa. Perempuan ini saban hari terus melayani pembeli. Entah sudah berapa kali Ria hilir mudik di depanku. Entah mencari perhatian atau memang sibuk. Namun setiap kali lewat senyuman memekar dari bibirnya. Manis… sangat manis. Ia bekerja sebagai karyawan di toko keluarga.

Lelaki manapun ketika bertemu dia pasti tertarik. Pasti terpesona. Tinggi semampai. Kulitnya kuning langsat. Kakinya jenjang. Ia juga rajin dan berinisiatif tinggi. Ramah dan perhatian. Penulis berpikir paslah untuk perempuan idaman masa kini. Namun sayang dia sudah pernah bersuami alias janda.

Janda yang terlewat sayang untuk disia-siakan. Perempuan yang terlalu cepat menjanda. Ia sudah menjanda saat masih terhitung belia, detik-detik menjelang lulus SMP. Pernikahan dengan suaminya hanya bertahan satu semester. Suaminya berpaling darinya dengan memilih perempuan lain. Entah apa pikiran lelaki itu hingga melepas dan memilih ranjang perempuan lain.

Namun inilah kehidupan. Tak ada yang bisa menolak. Allah SWT menghalalkan perceraian namun membencinya. Namun jika seorang pasangan merasa tak cocok dan menganggap suaminya telah berselingkuh maka jalan, menurut penulis, terakhir adalah bercerai.

Dan jalan inilah yang dipilih oleh Ria, bercerai. Ria memang janda namun kehidupan terus berputar.

Ada yang menarik antara kisah Ria dengan peristiwa adu jotos belakangan di kalangan mahasiswa. Ria adalah janda kembang dan menarik, tawuran seperti halnya janda kembang. Kegiatan yang sudah pernah terjadi. Bekas senior. Namun tetap dilakukan karena seksi dan menarik. Tetap memesona meski tawuran sudah ‘menjanda’ lebih dari satu dekade. Sudah berapa ribu lelaki mendatangi tawuran. Namun tawuran tetap saja memesona.

Jadi pelaku tawuran suka mengerjakan sesuatu yang bekas-bekas. Jangan sampai pelaku juga suka janda? Karena pelaku tawuran suka yang bekas. Mudah-mudahan tidak deh. Entah kapan pelaku tawuran berpaling dari si janda kembang (baca:tawuran)? Mungkin butuh setahun atau sepuluh tahun lagi. Entah kapan pemimpin kampus ceraikan tawuran. Entahlah. Hanya Tuhan yang bisa menjawab.

Penulis hanya menghubung-hibungkan semampunya. Pelaku tawuran jangan tersinggung yah. Semoga UNM damai. (*)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar