Penyadapan dan Pemilu 2014

By Hamidah Foundation - 18.20


Akhir-akhir ini Indonesia digemparkan dengan kasus penyadapan yang dilakukan oleh Australia. Adalah mantan anggota Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) Edward Snowden melalui majalah mingguan Der Spiegel (Jerman) dan harian Sydney Morning Herald(Australia) yang mengungkapkan Pemerintah Australia melakukan penyadapan terhadap negara-negara tetangganya seperti Cina, Thailand, Timor Leste, Vietnam, dan Indonesia.

Menurut harian Inggris The Guardian, Petinggi negara Indonesia yang disadap dari tahun 2007-2009 yakni Presiden Susilo BambangYudhoyono, Wakil Presiden Boediono, Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ibu Negara Ani Yudhoyono dan beberapa menteri lainnya.

Banyak spekulasi mengenai motif penyadapan ini, mulai dari pemilu presiden 2009, Indonesia adalah pintu imigran gelap ke Australia, sampai usaha Indonesia membeli kapal selam termutakhir Kilo milik Rusia. Isu yang berkembang kapal selam Kilo ini membuat pemerintah Australiaketar-ketir. Pejabat Tinggi Milter Australia mengatakan “Kapal selam Collins (milik Australia) tak mampu menghadapi Kilo Indonesia, termasuk semua perangkat Angkatan Laut Australia.” ungkap Hamid Awaluddin, Mantan Dubes RI untuk Rusia dalam opininya di media nasional baru-baru ini.

Setelah masyarakat Indonesia mengetahui penyedapan itu maka kecaman pun berhamburan. Bahkan beberapa organisasi masyarakat melakukan protes keras dan meminta Australia minta maaf. Hacker Anonymous Indonesia melakukan peretasan dan pengrusakan padawebsite pemerintahan dan publik milik Australia. Pemerintah juga melakukan pemutusan beberapa kerja sama bilateral di hampir semua bidang dengan Australia. Bahkan pemerintah tingkat kabupaten dan kota juga tak mau kalah untuk meninjau kembali hubungan dengan perusahaan asal Australia. Akhirnya pemerintah berkuasa kembali mendapat pencitraan positif. Karena dianggap tegas terhadap pihak yang merongrong kedaulatan negara.

Tidak hanya itu, elit-elit partai peserta pemilu 2014 ikut berkicau. Bahkan ada dari elit-elit ini yang mengkritik pemerintah dan berjanji akan melakukan pengawasan intensif terhadap kasus ini. Semua elit politik berusaha menjadi pahlawan dengan mengeluarkan komentar yang intinya membela negara.

Lumrahnya Penyadapan
Namun perlu juga diketahui, tindakan sadap lumrah pada tingkatan negara. mantan Kepala Staf Angkatan Laut Indonesia, LaksamanaPurnawirawan Tedjo Edhy mengatakan,” Apa lagi tindakan penyadapan yang dilakukan Australia adalah hal yang lazim terjadi di banyak negara," ujarnya.

Indonesia juga pernah melakukan penyadapan kepada Australia ketika krisis Timor Leste tahun 1999 sampai 2004. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) era Presiden Megawati Soekarnoputri, AM Hendropriyono mengatakan Indonesia juga pernah menyadap percakapan para petinggi pemerintah Australia.

Hal ini dikatakan Hendropriyono di harian ternama Autralia, Herald Sun dalam artikel yang berjudul "Indonesia Spied on Australia in 2004,Says Ex-intelligence Chief" yang terbit Selasa, (19/11/2013).

"Kita dapat mengatakan ini adalah rahasia umum . Kau tahu, rahasia tapi seluruh masyarakat tahu. Ini adalah kegiatan intelijen sangat umum," kata Hendro.

Kalau terjadi demikian lalu apakah reaksi masyarakat Indonesia harus berlebihan? Padahal Pemerintah Indonesia juga melakukanpenyadapan. Apakah rakyat langsung terkesima dengan tindak tanduk elit politik tentang isu penyadapan?

Penyadapan memang patut untuk diberi perhatian namun jangan sampai masyarakat hanyut. Jangan lupa elit-elit pemerintahan yang tersandung kasus korupsi dan penyuapan. Banyak elit-elit pemerintahan mencari citra positif. Elit pemerintahan berkoar-koar tentang harga diri bangsa padahal banyak anggota mereka korupsi.

Jangan sampai elit politik ini bisa hebat melawan bangsa lain. Kemudian hanya diam dan pengecut saat melawan anggota partai atau golongan sendiri. Karena melawan bangsa sendiri lebih sulit. Cukuplah menjadi sejarah kelam tentang kejadian korupsi dan penyadapandalam batang tubuh Indonesia, jangan terulang lagi. Jangan lupa track record elit politik ini. (*)

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar