Dear Diary: Aku adalah Pelacur (6)

By Hamidah Foundation - 14.26


Tangannya memegang alat pemeriksa kehamilan. Hasilnya positif. Kami kaget. Pelukan kembali kami eratkan kepada Erni. Dia sangat menyesal akan perbuatan yang ia lakukan bersama pacarnya.
“Aku sangat menyesal, aku sangat malu, ” ungkapnya Erni sambil memukul perutnya.
“Sudahlah Erni kamu jangan menyiksa dirimu, siapa lelaki yang berbuat demikian kepadamu?” tanya Raya.
“Razak, pacarku, Ia membujukku, celakanya aku terjerumus dalam rayuannya,” sesalnya.

***
Tiga bulan lalu
Malam yang temaram di bioskop. Malam ini pemutaran perdana film Pernikahan Dini. Film ini dibintangi oleh Mathias Muchus dan Gladys Suwandhi. Heru (Mathias Muchus) dan Dini (Gladys Soewandhi) kawin terlalu muda karena terlanjur hamil. Meski sudah punya anak kelakuannya masih kekanak-kanakan. Heru yang calon insinyur lalu jadi sopir taksi. Dini diam-diam sering menerima bantuan uang dari ibunya tanpa memberi tahu suaminya. Kemudian mereka sering cekcok sampai Dini pulang kerumah orang tuanya hingga ayahnya yang sebetulnya tak setuju perkawinan ini cekcok dengan ayah Heru yang juga menyesalkan perkawinan terpaksa ini.
Masalah ini selesai, muncul masalah lain. Dini ingin melanjutkan sekolahnya , Heru tak setuju, meski akhirnya mengalah. Suatu hari Dini pulang terlambat hingga Heru kesal dan menyerahkan anaknya pada tetangga yang memang sering mereka titipkan bayi. Melihat itu Dini lari dan kebetulan di temui kakaknya dan diajak pulang kerumah kakaknya itu. Yang jadi korban anak mereka yang harus dirawat di rumah sakit.Peristiwa inilah yang mendamaikan Heru dan Dini.

Hari ini juga pertama kali aku berkenalan dengan Razak. Ia kerja di sebuah bank swasta. Kami datang cuman sendiri. Razak duduk berdampingan denganku. Cerita pun dimulai. Dari masalah kerjaan hingga masalah paling pribadi, asmara. Aku merasa nyaman mengobrol dengannya. Ia suka music rock. Aku dulunya kurang suka. Namun dari pembahasannya tentang musik ini. Aku tertarik kemudian ikut suka. Aku sangat tertarik dengan lagu Power Metal berjudul Memori Jinggah. Mendengar lagu ini aku semakin cinta Razak saja. Liriknya menyentuh jiwa. Lagu favorit kami.
Tutur bahasa dan gaya Razak membuat aku suka hingga tak mampu memendam rasa. I’m falling in love. Realy falling in love. Aku harap ia juga suka dan cinta padaku.

Tak butuh waktu lama, kami pun sering jalan bareng. Ketemu di pasar malam. Duduk berdua di Pantai Losari. Saling puja dan puji. Perasaan kami memang semakin menggelora. Belum siap aku ke kampus. Surat berwarna pink dan sekuntum bunga mawar sudah ada di depan kamarku. Surat dan bungannya dari Razak.  Romantis. Cinta mati. Semua ada pada sosok lelaki satu ini.

Hingga suatu malam yang dingin. Razak mengajakku berlibur ke Malino. Kami hanya berdua. Tak ada Lisa dan Raya. Aku segera mengatakan setuju. Tak ada kecurigaan. Aku sangat senang. Keesokan harinya kami berangkat. Kami menggunakan mobil sewa. Kemesraan kami semakin bertambah. Dari berpegangan tangan berlanjut ke berpelukan, dari berpelukan kemudian berciuman. Hingga kami pun saling memaduh kasih dengan cara saling menyetubuhi. Kami berdua senang.
Hingga penyesalan pun terjadi di kemudian hari. Aku hamil. Malu. Masa depanku terancam buram. Aku tak tahu di mana keberadaan Razak sekarang. Ia berhenti kerja. Aku dengar dia pindah ke Papua. Belakangan terungkap ia sudah punya istri dan anak. Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Aku berpikir 100 kali untuk melapor ke polisi. Aku takut orang tuaku mendengar. Mereka pasti sangat malu. Aku pasti diusir. Tak dianggap anak lagi. Apalagi ayahku orang terpandang.Ia pemuka agama di kampungku. Aku serasa pelacur yang dengan gampang memberikan kesuciannya kepada lelaki asing. Aku sangat tolol.

****
Cerita Erni ini membuat kami sangat sedih sekaligus kecewa dengan sikapnya. Erni dengan gampang memberikan kesuciannya pada lelaki yang ia baru kenal. Namun aku tak terus menyalakan sahabatku, Erni. Aku akan membantunya menyelesaikan masalahnya.  Aku ingin membalas budi. Aku pernah dalam kondisi sama. Dikhianati. Aku bersama Raya mulai menasehati Erni untuk tak menggugurkan kandungannya.
“Erni dosa jika kamu membunuh anakmu!” tegas Raya.
“Iya anakmu tak punya salah. Jika kamu membunuhnya kamu hanya akan menambah penderitaanmu,” kataku menasihatinya.
Erni tak bergeming. Ia hanya menunduk. Kami tak membiarkan Erni sendiri. Kami  akan mencegah dia untuk melakukan perbuatan bunuh diri. Seperti aku dulu.

Informasi tentang kehamilan Erni telah tersebar luas. Mungkin teman satu kos yang menyebarkannya. Bagaimana tidak. Perutnya tiap bulan semakin membesar. Hingga informasi ini tersebar ke telinga orang tuanya. Anggapan Erni benar. Orang tuanya murka. Erni diusir.  Mulai hari itu Erni putus kuliah. Ia bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta.

Hari yang dinanti pun tiba. Erni ingin melahirkan. Kami pun bergegas membawanya ke rumah sakit. Tiga jam Erni bertarung antara hidup dan mati. Anaknya pun lahir. Jenis kelamin laki-laki. Tak mirip Erni. Mungkin mirip Razak. Ayahnya. Bapak yang mencampaknya. Aku semakin benci dengan lelaki. Mereka bukan manusia. Tapi binatang.  Hanya mau menikmati tubuh wanita. Selebihnya hanya bisa lari. Tak mau bertanggung  jawab. Banci. Semua lelaki banci. Aku kembali memperkuat janjiku. Akau akan membalas semua lelaki tanpa kecuali.

Malam itu kami diliputi perasaan sedih dan senang. Senang karena anaknya lahir dengan semangat tak kurang satu pun. Sedih karena tak ada yang mau mengakui anak ini sebagai cucu dan putra. Hanya Erni yang bertaruh seorang diri. Malang benar nasib sahabatku. 

Seorang lelaki tiba-tiba muncul. Perawakan tinggi. Misterius. Memang sejak tadi lelaki ini mondar mandir. Kami tak tahu siapa dia. Mungkinkah ini Razak. Ah…jika ini dia, mengapa lelaki itu tak bertemu Erni. Tidak mungkin. Ia bukan Razak. Siapa lelaki ini? Suruhan orang tua Erni? Kami tak tahu.

bersambung.............

 JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAMKU!

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar