Tangannya
memegang alat pemeriksa kehamilan. Hasilnya positif. Kami kaget. Pelukan
kembali kami eratkan kepada Erni. Dia sangat menyesal akan perbuatan yang ia
lakukan bersama pacarnya.
“Aku sangat
menyesal, aku sangat malu, ” ungkapnya Erni sambil memukul perutnya.
“Sudahlah Erni
kamu jangan menyiksa dirimu, siapa lelaki yang berbuat demikian kepadamu?” tanya
Raya.
“Razak,
pacarku, Ia membujukku, celakanya aku terjerumus dalam rayuannya,” sesalnya.
***
Tiga bulan
lalu
Malam yang
temaram di bioskop. Malam ini pemutaran perdana film Pernikahan Dini. Film ini
dibintangi oleh Mathias Muchus dan Gladys Suwandhi. Heru (Mathias Muchus) dan
Dini (Gladys Soewandhi) kawin terlalu muda karena terlanjur hamil. Meski sudah
punya anak kelakuannya masih kekanak-kanakan. Heru yang calon insinyur lalu
jadi sopir taksi. Dini diam-diam sering menerima bantuan uang dari ibunya tanpa
memberi tahu suaminya. Kemudian mereka sering cekcok sampai Dini pulang kerumah
orang tuanya hingga ayahnya yang sebetulnya tak setuju perkawinan ini cekcok
dengan ayah Heru yang juga menyesalkan perkawinan terpaksa ini.
Masalah ini
selesai, muncul masalah lain. Dini ingin melanjutkan sekolahnya , Heru tak
setuju, meski akhirnya mengalah. Suatu hari Dini pulang terlambat hingga Heru
kesal dan menyerahkan anaknya pada tetangga yang memang sering mereka titipkan
bayi. Melihat itu Dini lari dan kebetulan di temui kakaknya dan diajak pulang
kerumah kakaknya itu. Yang jadi korban anak mereka yang harus dirawat di rumah
sakit.Peristiwa inilah yang mendamaikan Heru dan Dini.
Hari ini
juga pertama kali aku berkenalan dengan Razak. Ia kerja di sebuah bank swasta.
Kami datang cuman sendiri. Razak duduk berdampingan denganku. Cerita pun
dimulai. Dari masalah kerjaan hingga masalah paling pribadi, asmara. Aku merasa
nyaman mengobrol dengannya. Ia suka music rock. Aku dulunya kurang suka. Namun
dari pembahasannya tentang musik ini. Aku tertarik kemudian ikut suka. Aku
sangat tertarik dengan lagu Power Metal berjudul Memori Jinggah. Mendengar lagu
ini aku semakin cinta Razak saja. Liriknya menyentuh jiwa. Lagu favorit kami.
Tutur bahasa
dan gaya Razak membuat aku suka hingga tak mampu memendam rasa. I’m falling in
love. Realy falling in love. Aku harap ia juga suka dan cinta padaku.
Tak butuh
waktu lama, kami pun sering jalan bareng. Ketemu di pasar malam. Duduk berdua
di Pantai Losari. Saling puja dan puji. Perasaan kami memang semakin
menggelora. Belum siap aku ke kampus. Surat berwarna pink dan sekuntum bunga
mawar sudah ada di depan kamarku. Surat dan bungannya dari Razak. Romantis. Cinta mati. Semua ada pada sosok
lelaki satu ini.
Hingga
suatu malam yang dingin. Razak mengajakku berlibur ke Malino. Kami hanya
berdua. Tak ada Lisa dan Raya. Aku segera mengatakan setuju. Tak ada
kecurigaan. Aku sangat senang. Keesokan harinya kami berangkat. Kami
menggunakan mobil sewa. Kemesraan kami semakin bertambah. Dari berpegangan
tangan berlanjut ke berpelukan, dari berpelukan kemudian berciuman. Hingga kami
pun saling memaduh kasih dengan cara saling menyetubuhi. Kami berdua senang.
Hingga
penyesalan pun terjadi di kemudian hari. Aku hamil. Malu. Masa depanku terancam
buram. Aku tak tahu di mana keberadaan Razak sekarang. Ia berhenti kerja. Aku
dengar dia pindah ke Papua. Belakangan terungkap ia sudah punya istri dan anak.
Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Aku berpikir 100 kali untuk melapor ke
polisi. Aku takut orang tuaku mendengar. Mereka pasti sangat malu. Aku pasti
diusir. Tak dianggap anak lagi. Apalagi ayahku orang terpandang.Ia pemuka agama
di kampungku. Aku serasa pelacur yang dengan gampang memberikan kesuciannya
kepada lelaki asing. Aku sangat tolol.
****
Cerita Erni
ini membuat kami sangat sedih sekaligus kecewa dengan sikapnya. Erni dengan
gampang memberikan kesuciannya pada lelaki yang ia baru kenal. Namun aku tak
terus menyalakan sahabatku, Erni. Aku akan membantunya menyelesaikan
masalahnya. Aku ingin membalas budi. Aku
pernah dalam kondisi sama. Dikhianati. Aku bersama Raya mulai menasehati Erni
untuk tak menggugurkan kandungannya.
“Erni dosa
jika kamu membunuh anakmu!” tegas Raya.
“Iya anakmu
tak punya salah. Jika kamu membunuhnya kamu hanya akan menambah penderitaanmu,” kataku
menasihatinya.
Erni tak
bergeming. Ia hanya menunduk. Kami tak membiarkan Erni sendiri. Kami akan mencegah dia
untuk melakukan perbuatan bunuh diri. Seperti aku dulu.
Informasi
tentang kehamilan Erni telah tersebar luas. Mungkin teman satu kos yang
menyebarkannya. Bagaimana tidak. Perutnya tiap bulan semakin membesar. Hingga
informasi ini tersebar ke telinga orang tuanya. Anggapan Erni benar. Orang
tuanya murka. Erni diusir. Mulai hari
itu Erni putus kuliah. Ia bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta.
Hari yang
dinanti pun tiba. Erni ingin melahirkan. Kami pun bergegas membawanya ke rumah
sakit. Tiga jam Erni bertarung antara hidup dan mati. Anaknya pun lahir. Jenis
kelamin laki-laki. Tak mirip Erni. Mungkin mirip Razak. Ayahnya. Bapak yang
mencampaknya. Aku semakin benci dengan lelaki. Mereka bukan manusia. Tapi
binatang. Hanya mau menikmati tubuh
wanita. Selebihnya hanya bisa lari. Tak mau bertanggung jawab. Banci. Semua lelaki banci. Aku kembali
memperkuat janjiku. Akau akan membalas semua lelaki tanpa kecuali.
Malam itu kami diliputi perasaan sedih dan senang. Senang karena anaknya lahir dengan semangat tak kurang satu pun. Sedih karena tak ada yang mau mengakui anak ini sebagai cucu dan putra. Hanya Erni yang bertaruh seorang diri. Malang benar nasib sahabatku.
Seorang lelaki tiba-tiba muncul. Perawakan tinggi. Misterius. Memang sejak tadi lelaki ini mondar mandir. Kami
tak tahu siapa dia. Mungkinkah ini Razak. Ah…jika ini dia, mengapa lelaki itu
tak bertemu Erni. Tidak mungkin. Ia bukan Razak. Siapa lelaki ini? Suruhan orang
tua Erni? Kami tak tahu.
bersambung.............
JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAMKU!
JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAMKU!
0 komentar