Tak lama aku mengenal sosok perempuan satu ini. Mungkin baru
sekitar 4 bulan. Namun aku merasa kaum hawa ini sangat unik. Setiap bertemu,
dia memperlihatkan gelagak yang sangat tak biasa. Melontarkan kalimat dengan gamblang.
Serampangan. Cuek. Tak peduli tanggapan orang lain.
Mungkin aku dan teman-teman di sekelilingnya sepakat dengan saya. Namun
setelah mendalami kalimat demi kalimat. Kata demi kata yang keluar dari
mulutnya, aku merasa ada sesuatu karakter yang sangat beda. Dikatakan manja
namun ternyata dewasa.
Pikirannya tak menunjukkan sikap dan karakter yang terlihat oleh
pandangan mata. Ada kelakukan yang sangat unik. Karakter yang 180 derajat tak
sama. Ibarat sebuah kerang. Yang nampak pada mata hanya susunan kalsium yang menyerupai
batu. Namun jika dilihat ke dalam isinya ada mutiara yang sangat indah. Bernilai
prestisius. Setiap orang pasti mau.
Aku tak tahu bakal apa pendapat seseorang ketika melihat dan
membaca tulisanku. Namun ini mungkin adalah sebuah bentuk penilaian terhadap manusia.
Hal yang sering aku lakukan. Tapi entah mengapa aku mau menumpahkannya dalam
bentuk tulisan.
Orang lain mungkin mencela, mengejek, dan mengatakan kamu pasti
suka terhadap orang tersebut. Menurut saya tanggapan mereka ada benarnya namun
juga tak luput dari kekeliruan. Bukankah suka tak haram. Tak melukai siapapun. Justru
perasaan suka membuat kedamaian di muka bumi ini. Jika Tuhan sudah tak suka
pada manusia maka Dia akan
meninggalkannya. Membiarkan hambanya berbuat semaunya di muka bumi ini. Karena suka
adalah ekspektasi perhatian dan kepedulian.
Suka berasal dari kepedulian. Peduli menyapa, peduli mengobrol,
meluangkan waktu untuk seseorang. Hanya sekadar memandang dan mengatakan halo. Merasa
gelisah jika terjadi sesuatu padanya. Maka tak jarang jika kadar suka sudah
tinggi maka akan bertransformasi menjadi butuh. Mungkin ini yang dimaksud
dengan cinta. Adalah butuh terhadap perhatian dan kehadiran seseorang.
Maka aku berpikir cinta itu adalah candu. Yang tak akan hilang
kecuali ada perhatian, ada suka, ada kebutuhan yang lebih tinggi darinya.
Mungkin ini alasan seseorang berpaling dari pasangannya karena kadar cintanya
kalah dengan kadar cinta orang ketiga.
Namun cinta bukan matematika yang jawabannya sudah pasti tentu.
Cinta ibarat air. Mudah berubah bentuk. Sebentar menjadi cair. Sebentar menjadi
padat. Tak jarang pula menjadi uap. Tergantung kondisi lingkungan. Jadi dapat
disimpulkan cinta itu tergantung lingkungan. Jadi tak ada cinta yang menang
melawan lingkungan. Ibarat air yang dimasukkan ke dalam wadah. Maka air akan
mengikuti bentuk wadah tersebut. Di saat bersamaan cinta juga dapat berkamuflase
dengan merubah bentuknya sesuai wadahnya. Sampai di sini aku bingung. Apakah
cinta mengikuti lingkungan atau cinta yang merubah lingkungan. Tak ada
jawabanya karena terjadi dalam dimensi ruang dan waktu yang bersamaan.
Orang dikatakan normal jika mencintai jenis yang berbeda. Laki-laki
dan perempuan. Selebihnya dari itu tak normal jika mencintai yang lain. Namun aku
mendapati di dunia ini ada juga orang yang menyukai jenis yang sama. Aneh. Tak
normal. Itu pendapat kebanyakan orang. Namun aku berpikir beda. Hakikat manusia
sama. Tak ada jenis kelamin. Hanya tubuh manusia yang berjenis kelamin. Mempunyai
jiwa dan roh yang kedudukannya sama. Kenapa orang yang mencintai sesama jenis
dikatakan aneh. Menyimpang. Mungkin ini yang tak biasa. Agama yang aku pahami
juga melarang. Melarang berhubungan intim sesama jenis. Tapi tak melarang saling
mencintai. Meski sesama jenis. Maka aku berkesimpulan pendapat orang kebanyak
sempit memandang cinta.
Jika
cinta adalah kepedulian. Sebenarnya permusuhan juga adalah cinta. Di sini ada rasa rindu, peduli,dan butuh. Mungkin kebaikan dan
kejahatan adalah musuh namun disini aku dapat merasakan rasa cinta yang sangat
besar. Mereka selalu ingin bertemu. Mereka selalu memberi satu sama lain.
Saling memperhatikan, saling peduli, tak tenang jika tak bertemu.
Ini adalah misteri kehidupan. Hanya Tuhan yang mampu menjawab. Maka
aku berkata dalam batin kami dengar dan kami patuhi misteri yang tak kau ungkap.
(*)
0 komentar
Mari berkomentar dengan santun dan bertanggung jawab!