DEAR DIARY: AKU ADALAH PELACUR (11)

By Hamidah Foundation - 20.42


Aku sangat kaget hingga tak mampu berkata-kata. “Apa yang kamu bikin di sini Arsyad?” kataku terbata-bata. “Aku kira kamu sudah tak ada lagi di Sungguminasa. Aku kira kamu sudah meninggalkanku bersama suratmu tempo hari,” tambahku.

“Siapa lelaki ini Ainulia?” Tanya Arif kepadaku.
“Dia adalah pacarku dulu, mantanku,” ungkapku.
“Mungkin aku harus pergi dulu yah, kamu selesaikan terlebih dahulu urusanmu berdua bersama mantanmu ini,” kata Arif yang berlalu di hadapanku. 

“Jangan pergi Arif, aku tak punya hubungan apa-apa sekarang, ia hanya mantanku, ayo kita pergi dari taman ini,” kataku

“Kawan tolong tinggalkan kami berdua terlebih dahulu. Ada hal yang mesti aku jelaskan kebenaran kepada Ainulia. Hanya beberapa menit saja,” sela Arsyad.

Arif pun meninggalkan kami berdua. Aku hanya berdua bersama dengan Arsyad. Kebekuan pun menyelimuti taman Universitas Negeri Sungguminasa. Aku tak berucap sepatah katapun. Arsyad juga terlihat hanya diam berdiri. Memang kami tak bisa berkata apa-apa. Kebekuan ini sudah berlangsung selama 3 tahun. Terasa sangat aneh langsung bertemu. Arsyad mulai menyapa. 

“Bagaimana kabarmu?” sapanya.
“Aku baik-baik saja,” jawabku cuek.

Arsyad mulai bercerita tentang alasannya meninggalkanku. Hal yang sama yang dia tulis dalam suratnya. Ia terlihat sangat menyesal dan sangat bersalah pergi tanpa satu kata pun. 
“Aku minta maaf Ainu. Aku sangat menyesal telah menyia-nyiakanmu. Kamu maukan memaafkanku,” pintanya.

“Apa buktinya kamu telah mendapat perilaku demikian. Jangan-jangan kamu hanya mengarang.” Tegasku.

“Tega sekali kamu menuduhku demikian Ainu. Apa kamu tak mempercayai semua kata-kata yang aku ucapkan di suratku. Aku tak menyangka kamu akan berkata kejam itu padaku. Dengan pengorbanan yang aku lakukan selama ini. Kamu menganggapnya hanya bualan semata. Aku benar-benar kecewa. Sakit hati. Baiklah jika itu maumu aku akan mengubur namamu dalam-dalam. Aku tak akan menemuimu. Ternyata kamu adalah pengkhianat cinta kita. Kamu dengan cepat melupakanku. Meninggalkanku bersama cinta suci yang fana. Penuh kebohongan. Jika aku tahu kamu akan berkata demikian maka dari tiga tahun lalu aku sudah meninggalkanmu.”

“Kalau kamu sudah tahu untuk apa lagi kamu lama-lama berdiri di sini,” sergapku. 

Tanpa aku sadari Arsyad meneteskan air mata. Ia tak mampu menahan tangis. Air mukanya langsung berubah menjadi masam. Tak menyangka aku akan berkata demikian.

“Baiklah. Jika itu maumu aku tak akan menemuimu. Tak akan mengenal apa pun dari kamu. Namamu akan aku hapus. Kubur. Buang. Kenangan kita hanya mimpi. Tak akan pernah menjadi nyata.  Aku pun tak akan membiarkannya. Hingga aku mati. Ternyata aku salah mencintai seorang wanita. Kamu bukan wanita tapi iblis berwajah cantik. Aku benar-benar tak menyangka. Aku hanya memintamu untuk memaafkanku tak lebih,” cecarnya padaku sambil meninggalkanku sendiri di taman ini dengan kebekuan. 

Aku sebenarnya tak mau menyakiti Arsyad. Aku benar-benar sangat menyesal. Emosi sesaat yang menghancurkan semuanya. Meluluhlantakan cinta yang dipertahankan oleh Arsyad. Kesetiannya padaku. Pengorbanannya padaku. Aku hancurkan seketika saja. Aku benar-benar iblis di mata Arsyad. Iblis berparas rupawan. Memang tak ada yang lebih kejam dariku. Bahkan sipir yang memukuli dan menyiksanya di penjara lebih baik di mata Arsyad. 

Mungkin aku dan siapapun tak tahu isi hatiku. Aku tak menyadari perbuatan yang aku buat. Aku baru menyadari setelah emosi ini berlalu. Setelah aku mengeluarkan semua uneg-unegku yang aku pendam selama tiga tahun. Tiga tahun dengan rasa benci kepadanya. Sangat benci. Hingga semua lelaki aku benci. Tak sadarkah dia. Arsyad hanya ingin dimengerti. Ia hanya mau didengar. Hanya masalahnya yang penting. 

Ia bahkan tak tahu perih yang aku simpan selama ini. Perih sebagai orang yang dibuang. Dianggap tak ikut andil dalam cinta kami berdua. Sekali lagi hanya perasaannya yang ingin aku ketahui. Perasaanku tak ia pedulikan. 

Akhirnya hari itu aku putuskan untuk bersikap dingin dan tak peduli padanya. Aku sebenarnya berharap ia memperhatikan perasaanku. Apakah dia tak bersalah sedikitpun. Setitik pun. Tentang perasaanku. 

Tidak. Aku melihatnya ketika hari itu di taman. Dia tak menyinggung perasaaku. Meski hanya secuil. Ketika dia menghilang tak sedikit pun ia memberikan informasi. Aku tak takut dengan musuh Arsyad. Aku hanya merasa dibohongi. Sakit rasanya. Kekasih kita terluka tanpa kita tahu apapun. Seperti orang bodoh. Bodoh dalam ketidaktahuan. Bukankah tak masalah kita terluka untuk orang yang kita sayangi. Ia hanya mau terluka sendiri. Ia mencintaiku tapi tak memberi ruang untuk aku mencintainya. Menunjukkan rasaku padanya. 

Bersambung……

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAMKU!



  • Share:

You Might Also Like

2 komentar