DEAR DIARY: AKU ADALAH PELACUR (14)

By Hamidah Foundation - 18.50



Aku langsung melempar buku itu ke kerumunan barang bekas. Aku sangat panik. Jika ibu tahu maka matilah aku. Aku pasti kena marah. Bukan lagi ibu pasti benci karena aku membaca semua rahasianya.

“Suara apa itu Lis…kamu taka apa-apa” tanya ibu sambil tergopoh-gopoh menemuiku.
“Ada barang yang jatuh ma!…Aku baik-baik saja,” tangkisku cepat.

Selamatlah aku sore itu.  Ibu tak curiga. Ia langsung beranjak menuju ruang tengah.

Aku pun meladeni telpon Ibnu. Ia banyak bercerita tentang kegiatan barunya. Ia sudah mulai kerja di perusahaan ayahnya, yang sampai kini belum aku temui yang bernama A.B. Nasution. Teman kuliah ibuku. Aku pun tak pernah berkata kepada ibu tentang nama ayah Ibnu.

Ibnu berencana akan mempertemukan aku dengan ayahnya besok. Ayahnya akan tiba ke Sungguminasa. Ayahnya dari Singapura. Ia adalah pebisnis yang handal. Usaha property dan ekspor impor bahan tambang adalah keahlian ayah Ibnu.

Aku merasa sangat cemas dan deg degan. Aku tak tahu harus memakai apa bertemu dengan ayah Ibnu, sahabatku. Aku pun berkonsultasi dengan ibu. Ia sudah memberiku masukan tentang gaun dan penampilanku bertemu. Maklum ayah Ibnu adalah orang penting. Aku juga belum tahu pasti karakter ayahnya. Ibnu tak banyak bercerita.

Akhirnya Ibnu memnjemput aku keesokan harinya. Ia tetap memakai motor trailnya. Motor yang menjadi trend center di kampus.

Tak cukup bercerita dan menginvestigasi karakter ayah Ibnu, kami sudah sampai di depan rumah Ibnu. Suasana megah masih tetap terasa seperti pertama kali aku sampai di sini.

Ibu Ibnu sudah menunggu di depan pintu. Aku makin kikuk. Aku ibarat putri yang sangat dinantikan kedatangannya.

Akhir aku bertemu dengan A.B. Nasution. Orang terlihat sangat garang, tegas dan tentunya tampan. Mesti sudah berumur. Namun garis-garis roman mukanya sangat tegas. Aku membayang dia seperti Eric Cantona, legenda klub sepakbola Manchester United. Tenang namun berkelas.

“Itu calon pacar kamu Ibnu,” sergap ayah Ibnu.
“Bukan yah…ia sahabat Ibnu,” tepis Ibnu sambil terbata-bata.

Mukaku langsung memerah. Aku tak menyangka ayah Ibnu akan melayangkan pertanyaan yang tak terduga. Aku hanya tertunduk malu. Akhirnya ibu Ibnu mencairkan suasana dengan memanggil kami ke meja makan. Aku makan pas di depan muka ayah Ibnu. Ia tak banyak bicara. Namun sekali bertanya langsung membuat aku kikuk dan panik.

“Apa kerjaan ibu dan ayahmu,” tanyanya dengan nada pelan dan gelagak sedikit cuek.
“Ayah kerja sebagi seorang arsitek dan pengusaha property sedangakn ibu seorang guru bahasa inggris. Alumni kampus kami,” jawabku.

“Oh sapa nama ibumu? Kata Ibnu, ibu angkatan 1986 yah…aku angkatan 84 dari jurusan bahasa inggris juga,” jelasnya kepadaku.

“Ibu bernama Ainulia Vebrianti Susanto,” jawabku pendek.

Air muka ayah Ibnu langsung berubah. Menghentikan makan begitu saja. Langsung pergi. Tak bicara satu kata pun setelah aku menyebutkan nama ibuku. Ia langsung menuju suatu ruang yang aku tak tahu.

“Kenapa ayahmu Ibnu? Kok dia langsung pergi setelah mendengar nama ibuku,”
“Aku juga tak tahu. Baru kali ini ayah bertingkah aneh seperti itu.”

Akhirnya perkenalanku dengan ayah Ibnu hanya berlangsung begitu saja. Aku juga tak paham, mengapa ayah Ibnu bertindah seperti itu. Ia tak pernah lagi mengajakku berbicara ketika aku mengunjungi rumah Ibnu. Ia kebanyakan hanya diam dan melihatku dengan tatapan yang tak suka.

Aku berpikir pasti ayah Ibnu ada hubungannya dengan kisah ibuku ketika masih kuliah dulu. A.B. Nasution sebuah nama yang masih kurang akrab. Nama ini tak pernah ibu ungkit dalam diarynya. Aku juga tak mau cepat mengambil keputusan.  Apa motif ayah sahabatku ini begitu dingin kepadaku. Ah…Jangan-jangan inisial A adalah Arsyad. Mantan pacar ibu. Ah…tololnya aku tak menyadari hingga saat ini. Apa yang akan terjadi jika ibu tahu kebenaran bahwa ayah Ibnu adalah Arsyad? Lelaki yang pernah menjadi mengisi hidup Ainulia, ibuku tersayang. Namun aku tetap berpikir tak mungkin, ini hanya sebuah kebetulan.

Bersambung lain kali.....

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAMKU!

  • Share:

You Might Also Like

1 komentar