DEAR DIARY: AKU ADALAH PELACUR (12)

By Hamidah Foundation - 17.04



Aku akhirnya melabuhkan diri pada Arif. Lelaki yang selalu memperhatikanku. Meski aku cuek. Meski aku terluka. Arsyad tak demikian. Ia sama sekali tak memperdulikan perasaanku. Ia sibuk dengan dunia khyalannya.

Seminggu kemudian Arsyad tak lagi menghubungiku. Aku biarkan dia berpikir dan merasakan pahitnya cinta. Biarlah aku dianggap jelek dan buruk di matanya. Namanya sudah aku hapus tiga tahun yang lalu.

Aku sudah menceritakan semua detail hubunganku dengan Arsyad kepada Arif. Arif menerimanya, ia tak mempermasalahkannya. Aku sudah percaya pada sosok lelaki ini. Arif juga menceritakan semua sendi-sendi kehidupannya, hingga tak ada rahasia di antara kita.

Kami pun berjanji akan menjaling hubungan. Ikatan yang serius. Janji suci pernikahan. Setelah aku menyelesaiakan studi, Arif akan melamarku. Menjadikanku pendamping hidupnya, selamanya. Hingga maut memisahkan. Aku tak bisa menggambarkan kesenanganku. Air mata menetes. Bibir hanya bergetar. Tak percaya akan datang juga peristiwa penting dalam hidupku.

Arsyad. Biarkanlah dia menjadi kenangan. Pelajaran dalam hidup. Kalau mencintai seseorang jangan menutup pasanganmu untuk mencintaimu juga. Jangan tutup ruang cinta itu. Memang perih. Namun aku sudah bebal. Air mataku sudah kering. Gersang. Tiga tahun lalu. Biarlah semua berlalu. Kini hadapi saja yang ada meski itu sakitnya tak tertahankan. Sekali lagi walaupun itu perih.

Ia memang tak pernah lagi menghubungiku. Mungkin hari itu terakhir kali aku bertemu di taman kampus. Aku berharap dan berdoa semoga dia mendapat perempuan yang lebih dari aku. Lebih segala-galanya.

Semester ini menjadi perjalanan akhir aku kuliah. Tinggal menunggu wisuda bulan Desember. Arif sudah mempersiapkan pernikahan kami jauh hari sebelum aku selesai. Ia sudah siap melamar.

Senin depan Arif dan keluarganya akan ke rumah. Melamarku. Aku sangat tegang. Oh Tuhan ini akhir dari perjalanan cintaku? Arif kah yang akan menjadi suamiku? Aku meminta kepadaMu supaya kami menjadi keluarga yang Engkau berkahi. Ridhoi. Apabila Engkau memberikan kami anugrah berupa anak, maka jadikanlah ia menjadi anak saleh. Berbakti.

Tiap malam aku berdoa. Makin mendekati hari lamaran ibadahku kepada Tuhan aku perbanyak. Baru kali ini memang aku beribadah begitu intens kepada Sang Raja membolak-balikkan perasaan.
Dua hari sebelum lamaran datanglah sepucuk surat. Dari Arif. Surat yang menceritakan kebahagiannya. Karena mau menjadi istrinya.


Dear Bidadariku Ainulia
Tak terasa prosesi lamaran tinggal dua hari lagi. Aku akan meminangmu sebagai istri. Aku sangat tegang. Apakah kamu merasakan hal yang sama?

Kalau kita sudah menikah nanti, aku akan mengajakmu tinggal di rumah kita. Aku sudah membeli rumah di Kota Sungguminasa. Tak luas sih tapi cukuplah untuk kita berdua. Bersama anak-anak kita kelak. Aku ingin punya anak tiga orang. Kamu ingin berapa? Nanti kita bicarakan lagi yah.

Aku juga akan memindahkan semua peralatan kerjaku ke rumah kita. Meski tiap hari aku mesti ke Kota Parepare untuk kerja. Seperti yang kamu tahu semua klienku sekarang ada di kota ini.

Aku memang bukan cinta pertamamu tapi izinkanlah aku menjadi cinta terakhirmu.

Hari senin aku akan ke rumahmu bersama keluarga besarku. Menyampaikan keinginan kami. Menyuntingmu sebagai istri. Mungkin kami akan memakai dua mobil. Sekitar tengah hari kami akan sampai.

Sudah dulu yah bidadariku. Jaga kesehatanmu. Jaga hatimu. Semoga prosesi lamaranku berjalan lancar.

Dari Calon Suamimu Arif


Senin pun tiba. Aku bersama keluarga telah mempersiapkan kedatangan Arif. Aku makin tegang. Panik. Di tengah persiapan keluarga tiba kabar simpang siur. Terjadi kecelakaan dua mobil di Kabupaten Pangkep. Katanya kedua mobil tersebut jatuh ke dalam laut. Belum diketahui nasib dari semua penumpang. Namun ada yang sudah diketemukan. Semuanya meninggal dunia. Masih ada korban yang hilang. 

Aku pun sadar dalam surat Arif dua hari lalu. Dia berkata akan berangkat dengan dua mobil. Aku sudah gusar. Jam sudah menunjukkan pukul 15.00 tapi Arif dan rombongan belum datang juga. Aku semakin panik. Jangan-jangan yang kecelakaan adalah mobil Arif? Dari ciri-ciri kendaraan yang diberitakan memang dua mobil yang beringan. Oh Tuhan… jangan sampai Arif kau renggut dariku. Sudah cukup aku menderita. Sudah cukup aku tersakiti.

Bersambung….

JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAMKU!

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar