Mukaddimah
Membaca judul di atas memang menimbulkan pertanyaan dan
pastinya kontroversi.Namun sahabat yang membaca judul jangan terlalu cepat mengambil
keputusan apalagi menghardik penulis. Penulis mencoba menyibak informasi tentang
hubungan pasangan suami dan istri (pasutri) yang mungkin belum diketahui khalayak
umum.
Penulis mencoba menggunakan pengetahuan penulis yang
berlatar belakang akademisi biologi. Mengapa seorang ingin istri sangat susah berhubungan
dan terpuaskan dan mengapa seorang lelaki sering ingin berhubungan. Ketika kita
membicarakan tentang hubungan intim seorang pembaca mesti
mengetahui masalah yang mungkin timbul. Banyak masalah rumah tangga yang bisa diselesaikan
di atas ranjang.
Apalagi zaman sekarang sangat bebas berseliwerang adegan
pornoaksi dan hal-hal yang menimbulkan birahi. Penulis terinspirasi menulis artikel
ini setelah membaca sebuah buku karangan Louann Brizendine,
Female Brain. Penulis juga selalu tak lupa kata-kata salah satu dosen yang mengatakan bahwa berbicara
seks dan reproduksi itu bukan berbicara kotor. Jadi kalau anda ragu untuk mengetahui
kebenaran maka BERHENTI MEMBACA SAMPAI DI SINI.
***
Tak dapat dipungkiri kasus perceraian antara pasutri
terdapat unsur tidak saling memuaskan di atas ranjang. Bahkan menurut penulis masalah
satu ini berkontribusi kuat.Apalagi pasutri tak diperkuat dengan agama. Maka potensi
bercerai dengan alas an tak dapat memuaskan pasangan adalah polemik ketidakharmonisan
berlarut-larut yang berujung pada perceraian.
Seorang pasangan selaiknya mengetahui karakteristik pasangan
masing-masing. Seorang perempuan memang tak mempunyai nafsu yang cepat seperti lelaki.
Perempuan setidaknya memiliki masa persiapan sekitar 24 jam sebelum berhubungan. Ia juga mesti rileks
dan tak merasakan sebuah kecemasan. Semua sirkuit-sirkuit otak perempuan sangat
aktif dan peka sebelum berhubungan hingga masalah kecil apapun akan berakibat
buruk. Mulai dari Amigdala (sebuah pertahanan terhadap cemas dan rasa takut)
yang aktif. Apabila semua sirkuit otak aktif maka perempuan tak akan merasakan orgasme.
Hal ini berarti juga mereka tak terpuaskan dalam berhubungan.
Sedangkan laki-laki sangat argesif akibat serbuan
testoteron, setiap satu menit mereka ingin merasakan hubungan seks. Sedangkan perempuan
butuh waktu sangat lama. Di sinilah mungkin timbul masalah. Si laki-laki merasa
istrinya tak mau diajak sedangkan si perempuan merasa belum mau. Hingga tak sedikit
laki-laki ‘jajang’ di luar.
Kebanyakan laki-laki berhubungan semata-mata karena seks.
Sedangkan perempuan butuh kasih saying dan cinta sebelum seks.Apabila perempuan
merasa nyaman dan sudah memastikan suaminya sayang dan cinta maka seks bukan perkara
sulit lagi.
Untuk memastikan istri bahwas uami saying dan cinta memang
berbeda terhadap pasangan. Perkara ini mempunyai solusi yang berbeda.Meski pembaca
laki-laki telah berhubunganlama namun belum tentusi istri sudah merasa aman dan
nyaman. Bisa saja mereka berbohong dan cuman menghormati anda. Hal ini yang tak
diinginka oleh seorang laki-laki. Di lain pihak perempuan yang baru berkenalan dan
berhubungan lelaki baru bisa langsung merasaaman dan nyaman. Hal ini juga yang
menjadi misteri sampai sekarang.Waktu untuk meyakinkan perempuan hanya sekilas dan
sering tak ada kesempatan kedua.
Penulis memberikan judul di atas karena area rangsangan
perempuan memang sangat sulit dicari. Setelah membaca buku Female Brain dan teori-teori
tentang reproduksi maka area rangsangan perempuan ada di bawah pinggang yang
diistilakan klitoris.Sebuah tonjolan yang berada di alat kelamin luar perempuan.Klitoris
ini sering disebut-sebut mempunyai peran atau fungsi yang sama pada penis.
Namun fungsi klitoris lebih penting dari itu. Semua saraf yang berperang dalam reproduksi dan seks
berujung di klitoris ini.
Saraf di ujung klitoris berkomunikasi langsung ke pusat kesenangan seksual dari otak perempuan. Ketika saraf-saraf yang dirangsang, mereka meningkatkan aktivitas elektrokimia sampai menyentuh ambang batas, memicu ledakan impuls, dan rilis ikatan, zat kimia saraf seperti dopamin, oksitosin, dan endorfin. Ah, klimaks! Jika stimulasi klitoris dipotong terlalu cepat, jika saraf klitoris tidak cukup sensitif, atau jika rasa takut, stres, atau rasa bersalah mengganggu stimulasi, klitoris dihentikan mati di jalurnya. Kita sekarang tahu pasti bahwa, otak perempuan tidak lebih kecil versi otak laki-laki, klitoris bukan penis kecil. Seluruh cincin jaringan yang mengelilingi pembukaan vagina, uretra, dan sepertiga bagian luar vagina dihubungkan oleh saraf dan pembuluh darah ke ujung klitoris-sehingga semua jaringan ini bersama-sama bertanggung jawab untuk eksitasi menuju orgasme. Beberapa wanita menyebut daerah ini sebagai "cincin api" mereka.
Ada juga ada hal seperti vagina versus orgasme klitoral, Freud keliru berpikir. Selama hampir satu abad, teorinya membuat wanita merasa tidak memadai atau perempuan tidak cukup nyata jika mereka hanya memiliki orgasme klitoris. Freud tak tahu apa-apa sama sekali, tentu saja, tentang anatomi klitoris atau bahwa otak perempuan. Ahli saraf telah menemukan bahwa vagina terhubung ke klitoris, dan oleh karena itu orgasme wanita adalah semua dari satu organ ini, yang terhubung ke pusat-pusat kesenangan di otak. Klitoris benar-benar adalah otak di bawah pinggang. Tindakan, bagaimanapun, tidak semua di bawah pinggang, juga tidak semua dipandu oleh faktor psikologis. Untuk neuroscientist modern, psikologis dan fisiologis tidak berbeda-mereka hanya sisi berlawanan dari koin yang sama.
Sebagai manusia yang beragama semestinya kita tak mempermasalahkan
kualitas hubungan intim (seks) sebagai alasan untuk melakukan kemaksiatan seperti
selingkuh, bertengkar dengan pasangan, hingga bercerai. Cukup kita tahu sebagai
pegangan ilmiah yang bisa digunakan untuk hidup. Apabila masalah ini menghampiri
maka agama adalah solusinya. (*)
0 komentar
Mari berkomentar dengan santun dan bertanggung jawab!