Diskusi bersama pengelola LPPM Profesi UNM beberapa waktu yang lalu (dokumen pribadi) |
Akhir-akhir ini kampus terlihat sangat sepi. Awalnya
saya menduga mungkin tak banyak jadwal kuliah. Namun selama seminggu
memperhatikan ternyata betul-betul sangat sepi. Tak hanya di fakultasku, MIPA.
Namun hampir semua fakultas di Kampus UNM Parangtambung terlihat sepi setiap
harinya. Padahal dulu Kampus Parangtambung adalah pusat kegiatan mahasiswa.
Aku pun berdiskusi dengan teman se-angkatan tentang
peristiwa ini. Ia dengan lugas juga mengatakan hal demikian. Diskusi kami
berjalan alot. Maklum teman yang aku ajak diskusi adalah mantan aktivis Unit
Kegiatan Mahasiswa dan himpunan. Ia mengatakan faktor lingkungan dan keinginan
mereka untuk berdiskusi, berbaur, bersosialisasi dengan orang lain yang kurang.
Bayangkan saja mereka tak mau berkenalan mahasiswa jurusan lain. Buktinya mereka
tak mau masuk organisasi dan komunitas yang ada di kampus. Mungkin alasan beranekaragam
namun keinginan berbaur, mendominasi anak-anak baru.
Selain masalah pribadi, masalah peraturan akademik
di kampus juga berperan. Bayangkan jika mahasiswa yang baru masuk sudah
dicekoki ancaman bahwa berorganisasi itu tak mendukung masa depan mereka.
Membuat kuliah mereka anjlok. Tapi kami berpikir, kan menjadi mahasiswa itu bukan cuma kuliah.
Pengalaman untuk terjun di tengah masyarakat sangat diperlukan. Dunia masyarakat
kan sangat tak terduga. Kadang baik, kadang buruk, ada pengkhianat, ada
penjilat, ‘orang bertopeng’ tak segang-segang menusuk kita.
Hal ini bisa didapatkan di lembaga maupun komunitas yang
ada di kampus. Sehingga kita dengan mudah untuk beradaptasi di lingkungan
masyarakat nyata.
Mungkin para pendidik di kampus menganggap mahasiswa
yang masuk organisasi telah berbuat semaunya dan sering kali bertingkah tak
sopan dalam menyampaikan protes terhadap kebijakan dan peraturan kampus. Hal
ini memang yang tak bagus, namun bukan menjadi alasan untuk melarang mahasiswa
masuk organisasi.
Bayangkan saja, kebanyakan mahasiwa sehabis kuliah
lebih memilih kos mereka. Tidur, mengerjakan pekerjaan yang sia-sia, mengobrol
yang tak penting.
Namun memang berat untuk menyeimbangkan kuliah dan
organisasi. Guruku saat SMA pernah berkata, “Tak mungkin anda bisa berhasil kuliah
dan organisasi di saat yang sama. Anda mesti memilih salah satunya. Kalau mau
berhasil kedua-duanya, bersiaplah tidur hanya dua jam per hari.”
Aku dan temanku lebih takut jika mahasiswa sekarang
maunya hanya bersenang-senang, tak menikmati menjadi mahasiswa, tak berusaha
mencari pengalaman, tak mau bergaul, dan malas untuk peduli pada diri dan orang
lain. Pengecut menghadapi persoalan.
Semua ini kami pikirkan kemungkinannya saat diskusi
kami yang berjalan sekitar dua jam. Namun kami tak mau suudzon memikirkan hal-hal yang buruk. Kami masih optimis mahasiswa
baru sekarang bisa berbuat banyak. Sehingga kampus terlihat ramai. Ramai akan
mahasiwa yang berdiskusi, potensi mereka terekspresi. (*)
0 komentar
Mari berkomentar dengan santun dan bertanggung jawab!