Pemain film You Are The Apple Of My Eye (int) |
Memulai menulis tulisan terasa sangat berbeda. Sudah
banyak kisah cinta yang kutulis. Tapi tulisan ini benar-benar membuat aku
merasa sangat senang. Gelisah. Bersemangat. Bagaikan energi besar mendorong. Sakit
leher yang aku bawah seminggu belakangan seakan hilang.
Kesenangan ini semakin diperparah setelah menonton film
kisah seorang anak muda yang sangat menyukai teman se kelasnya ketika SMA. Judulnya
You Are The Apple Of My Eye. Film
asal Taiwan. Aku menyarankan buat yang membaca tulisan ini jangan menonton film
tersebut. Anda akan sangat iri sekaligus kecewa dengan kisahnya. Aku tak tahu
mengapa kisah ini begitu mengharukan. Namun aku harus melakukan bahu membungkuk
untuk film ini.
Aku teringat dengan perkataan teman, jika mencinta
itu tak punya syarat dan alasan. Jika mempunyai alasan, aku ragu dengan cara
kalian mencinta. Memang sih cinta tak membuat orang kaya, bergelimbang harta, punya
rumah besar, jabatan mumpuni. Namun apalah gunanya semua ini jika tak ada cinta
diantara dua pasangan maupun keluarga.
Akhir-akhir ini perasaan suka itu merasut pada
diriku. Tentunya kepada perempuan. Hanya satu kata yang sering terucap di
bibirki. Otomatis. “Apa sih yang susah untuk kamu?” Kata-kata ini terlontar begitu saja jika dia
membutuhkan sesuatu dariku. Aku tak bisa berkata sebentar apalagi tidak.
Tak tahu sampai kapan perasaan ini akan ada. Aku tak
mau meramalkannya. Maunya terus bertahan. Tak peduli apakah dia juga mempunyai
perasaan yang sama terhadapku atau tidak. Karena menyukai dia sudah sangat puas
untukku. Cum laude kalau dalam
istilah wisuda.
Akhir-akhir ini memang banyak teman yang
mempertanyakan mengapa aku sering membuat tulisan tentang cinta. Apa kamu
sedang jatuh cinta? Aku dengan lugas menjawab cinta menginspirasi sekaligus mematahkan
hati dan semangat. Aku mau saja menjadikan ini sebagai jalan hidup dengan
seseorang yang aku suka. Jika waktu berkata lain, biarkanlah menjadi
kenang-kenangan hidup yang mengisi hatiku.
Aku tak akan kecewa jika suatu hari nanti orang yang kusuka bersama
dengan orang lain. Aku akan mendoakan dia dari lubuk hatiku.
Jika nasib berkata ia menjadi milikku maka aku akan
sangat senang. Tak dapat aku menggambarkan perasaan senang ini. Karena mungkin
tak ada kanvas yang cocok untuk sebuah perasaan.
Aku pun mencoba menerka rasa cemas dari dia. Mungkin
ia bertanya serius tidak sih dia? Apakah hanya aku yang disuka? Pasti ada orang
lain. Jangan-jangan dia hanya menjadikanku sebagai pelarian dan permainan.
Jika terkaanku benar, aku hanya bisa berkata. "Biarkanlah waktu yang
membuktikan. Karena kalau hanya perkataan semua orang bisa. Kamu hanya perlu
memperhatikan dan mendengarkan."
Mungkin terdengar sangat naïf. Kekanak-kanakan kata Shen
Chia-Yi dalam film You Are The Apple Of
My Eye. Namun ini adalah ketulusan. (*)
0 komentar
Mari berkomentar dengan santun dan bertanggung jawab!