Hari ini kita akan kembali membahas mengapa revolusi
sangat diperlukan di Negara ini. Saya dan Anda yang membaca artikel ini juga
sepakat bahwa pejabat yang berkhianat adalah alasan revolusi perlu dilakukan. Pejabat
yang sering mengkhianati rakyat sering kita sebut sekarang KORUPSI.
Korupsi dinegara ini bagaikan babi hutan yang tak
pernah kenyang. Memakan apa saja yang di depannya tak peduli sumbernya dari
mana. Apakah ini berakibat buruk untuk orang lain atau tidak.
Pagi ini terlihat sebuah artikel di Harian Kompas
(edisi Minggu, 17 Maret). Kompas membahas tentang perlawanan mural dan grafiti
di Kota Jakarta. Iya seniman di sana menggambari tembok dan sudut-sudut jalan ibu
kota dengan kata-kata perlawanan terhadap korupsi. Kata-kata yang paling
berkesan adalah ”Semoga Ayah Ibuku Tidak Korupsi...”. Para seniman mural ini
mengemas revolusi dalam bentuk gambar dan kata-kata pengingat kepada
masyarakat. Menurut salah satu seniman, Aris Budiono Sadjad pelaku korupsi itu
ibarat celeng. “Selalu gagah, tak pernah takut, malah diperlakukan seperti
selebritis. Semua itu kan terjadi dihadapan kita?”
“Dan ini memuakkan sekali, sudah seharusnya
dilawan.”
Apa yang dilakukan seniman mural dan grafiti di Ibu
Kota Jakarta memang adalah bentuk kekecewaan terhadap kebiadaban yang dilakukan
oleh pejabat yang korup. Meraka tak tahan lagi untuk protes. Untuk menyampaikan
perlawanan. Memulai revolusi dengan mengkritik. Mungkin nanti akan lebih brutal
lagi.
Saya sangat setuju dengan cara hidup Paus Fransiskus
I, paus yang baru-baru terpilih. Ia sangat kekeh melawan korupsi dan ketidakadilan
di Argentina. Ia pun memilih hidup sederhana. Ia tak menggunakan fasilitas mewah
sebagai uskup agung.
Cara-cara pemimpin sederhana memang sudah ada sejak
dulu. Nabi besar Muhammad SAW juga lebih memilih hidup sederhana. Ia juga
berdoa supaya tetap miskin dan berkumpul dengan orang-orang miskin.
Idealnya seseorang yang menjadi pemimpin dapat membuat
warganya sejahtera baik iman dan duniawi. Seseorang dengan mudah beribadah.
Tanpa takut. Masyarakat yang ia pimpin mendapatkan kerjaan yang cukup untuk
menghidupi keluarganya.
Tapi lihatlah pemimpin sekarang. Begitu naik pasti
lupa dengan masyarakatnya. Memilih
kehidupan mewah. Tak peka bahkan tak peduli dengan nasib warganya. Tersandera dengan
pemilik modal saat calon pemimpin kampanye. Jika tak punya uang maka jalan
mencuri uang rakyatlah jalan satu-satunya. Korupsi.
Kita tak tahu sampai kapan kegiatan ini akan
berlangsung. Selama Tuhan tak memberi teguran maka selama itu pula praktik ini
akan ada di diri manusia. (*)
0 komentar
Mari berkomentar dengan santun dan bertanggung jawab!