http://kebolangsing.files.wordpress.com |
Hari ini cukup menyibukkan. Tak seperti biasanya. Ada
dua teman yang melangsungkan pernikahan. Sebagai tanda akhir lajang. Mereka
terlihat sangat bahagia. Kedua-duanya perempuan. Saya berdoa, mudah-mudahan langgeng.
Sampai hanya maut yang memisahkan. Pernikahan Yani, teman kampusku cukup
meriah. Hampir semua teman kelas datang. Pernikahan Yani yang pertama aku
datangi. Sebelumnya banyak teman yang berhajat sama namun kesibukanlah yang
mematahkan setiap rencanaku untuk datang.
Sedikit bercerita tentang kisah Yani dan soulmate-nya. Alkisah dahulu kala pasangan ini memang sudah
lengket. Cinta mereka memang aku nilai besar. Pengorbanannya pun tak main-main.
Jalan bersama hampir lima tahun hingga berakhir di kursi pelaminan. Sekali lagi
mudah-mudahan cinta mereka tetap besar satu sama lain.
Kisah mereka berdua memberikan aku pelajaran. Memang
berat dan butuh pengorbanan untuk sampai di jenjang ini. Bukan hanya sekadar
pacaran laiknya anak ABG. Serius adalah kuncinya.
Selanjutnya melangkah ke teman SMA. Namanya Anti.
Aku tak menyangkah ia akan cepat menikah. Anti memberikan kabar ini tiba-tiba. Lewat
akun social network. Namun aku berjanji akan datang. Aku
bersama Alam ke pesta pernikahannya. Teman SMA-ku sekaligus kolegaku di UNM. Kami
hanya berdua. Teman-teman lain tak ada yang ikut. Entah apa kabar mereka. Mungkin
sibuk.
Sebelum ke acara pernikahan Anti, aku menunggu alam
di rumahnya. Baru lagi aku mengunjungi rumah ini. Dulu rumah Alam adalah basecamp kami. Semua kegiatan SMA baik
formal dan non formal dikerjakan di sini. Maklum Alam-lah yang mempunyai
peralatan yang lengkap. Ada gitar dan piano untuk latihan band. Ada komputer
untuk mengerjakan tugas sekolahan sekaligus unduh tugas dan lagu-lagu terbaru.
Aku menunggu Alam karena ia masih belum pulang.
Katanya lagi jalan dengan someone special.
Namun karena keluarga Alam sudah mengenal aku maka mengobrol tak bisa
terhindarkan. Ayah dan adik Alam, Tri menemani Aku mengobrol. Ayah Alam tak
banyak bicara.
Namun jika Ayah Alam bicara, kata-katanya bagaikan nilai
hidup. Mulai dari kuliah kami sampai hubungan keluarga dan permasalahanya. Dari
mengobrol sekitar sejam, Ayah Alam memberikan aku pencerahan tentang hubungan
orang tua dan anak.
Satu kata yang terngiang adalah orang tua tak pernah
salah sepanjang tak memberikan hal buruk kepada anaknya.
Kata-kata ini memberikan sebuah pemahaman tak ada
orang tua yang ingin melihat anaknya gagal. Orang tua akan ada sebagai monitoring.
Pengingat. Meski nadanya ke anak terkesan dimarahi. Namun aku menganggap inilah
dinamika yang ada di dalam keluarga.
Selain itu anak juga meski mempunyai kecakapan untuk
bernegosiasi dengan orang tua apalagi dia sudah sarjana. Orang tua yang baik jika
ia tak memanjakan anaknya. Membiarkan anak untuk mencari kehidupannya sendiri
dan itu dimulai dari bawah.
Tapi perdebatan pasti akan muncul. Pemikiran anak
dan orang tua memang tak akan pernah sama. Apalagi anak juga sudah bergaul
dengan orang banyak. Tumbuh menjadi dewasa.
Aku teingat kata-kata senior dulu, bersiaplah kamu
untuk mempunyai pemikiran yang berbeda anakmu nanti. Jika kau mengirimnya ke sekolah.
Pemandangan ini memang sering terjadi. Di sinilah
negosiasi sangat dibutuhkan. Memberikan pengertian kepada orang tua. Karena
inilah mungkin salah satu fungsi dari seorang yang sudah sarjana. Menjadi
seorang negosiator ulung. Jika orang terdekat saja susah diyakinkan, bagaimana
meyakinkan orang lain. Berat juga karena ‘mati-matinya’ anak sudah berada
ditangan orang tua. Butuh kerja keras untuk memberitahukan bahwa si anak sudah
dewasa bukan lagi anak-anak. Hingga
orang tua berkata anak saya sudah dewasa. (*)
0 komentar
Mari berkomentar dengan santun dan bertanggung jawab!